MAKALAH
SEJARAH
KODIFIKASI HADIST
Ingat, Makalah yang kami share hanya sebagai bentuk referensi saja. Silahkan cari referensi dari sumber lainnya.
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah
Ulumul hadits
Dosen
Pengampu: Muhammad Zainul Abidin M.A
Oleh :
Kelompok 2
1.
Anton Abdul Basir
2.
Dede Syifa
3.
Ilyas
4.
Iman Warisman
PRODI EKONOMI
SYARI’AH
Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI)
TASIKMALAYA
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
S.W.T, karena dengan rahmat dan karunia-Nya,kami
kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul SEJARAH KODIFIKASI HADITS sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah ULUMUL HADITS. Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh
beberapa pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
H.
Muhammad Zainul Abidin, M.A., selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadits..
2.
Seluruh
teman-teman Ekonomi Syari’ah kususnya kelas B yang telah memberi semangat pada
kami.
Kami menyadari,makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk
itu,kepada para pembaca, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, demi kesempurnaan penulisan berikutnya.
Mudah mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan mengenai Sejarah Kodifikasi Hadits.
Tulungagung, 23
September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB TERJADINYA
KODIFIKASI HADITS
B. PROSES KODIFIKASI
HADITS
1) Pengumpulan hadits
2) Penulisan Hadits Secara
Menyeluruh
3) Penulisan Hadits Secara
Terpisah
4) Penulisan Hadits Shahih
C. KITAB – KITAB YANG
LAHIR SETELAH PROSES KODIFIKASI HADITS
BAB III
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hadits merupakan pedoman kedua bagi
umat islam di dunia setelah Al – Qur’an, yang tentunya memiliki peranan sangat
penting pula dalam disiplin ajaran islam. Hadits atau yang lebih dikenal dengan sunnah
adalah segala sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW,
baik berupa perkataan, perbuatan.
Dengan
demikian, keberadaan Al-Hadits dalam proses kodifikasinya sangat berbeda dengan
Al – Qur’an.Sejarah hadits dan periodesasi penghimpunannya lebih lama dan panjang
masanya dibandingkan dengan Al-Qur’an.Al-Hadits butuh waktu 3 abad untuk
pengkodifikasiannya secara menyeluruh.Banyak sekali liku-liku dalam sejarah
pengkodifikasian hadits yang
berklangsung pada waktu itu.
Munculnya
hadits – hadits palsu merupakan alasan yang amat kuat untuk mengadakan
kodifikasi hadits.[1]
Selain itu, kodifikasi hadits ketika itu
di lakukan karena para ulama hadits telah tersebar ke berbagai negeri,
dikawatirkan hadits akan menghilang bersama wafatnya mereka, sementara generasi
penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian memelihara hadits, dan banyak
berita – berita yang diada – adakan oleh kaum penyebar bid’ah.[2]
Atas
dasar masalah yang diuraikan di atas makalah ini disusun Disamping itu adalah
untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Ulumul Hadits.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang menyebabkan terjadinya kodifikasi
hadits?
2.
Bagaimana proses kodifikasi hadits?
3.
Apa saja kitab – kitab hadits yang lahir
setelah proses kodifikasi hadits?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan
terjadinya kodifikasi hadits.
2.
Mengetahui proses kodifikasi hadits.
3.
Mengetahui kitab – kitab hadits yang lahir
setelah proses kodifikasi hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB TERJADINYA KODIFIKASI
HADITS
Dapat
sudah dipahamkan bahwa dalam abad pertama Hijrah, mulai dari zaman Rasul, masa
Khulafa Rasyidin dan sebagian besar zaman Amawiyah, yakni hingga akhir abad
pertama Hijrah, hadits – hadits itu berpindah dari mulut ke mulut. Masing –
masing perawi meriwayatkannya berdasarkan kepada kekuatan hafalannya.
Pada
masa itu mereka belum mempunyai motif – motif yang menggerakkan mereka untuk
membukukannya.Hafalan mereka terkenal kuat.Diakui sejarah kekuatan hafalan para
sahabat dan tabi’in itu.
Dikala
kendali khalifah dipegang oleh ‘Umar ibn Abdil Aziz yang dinobatkan dalam tahun 99 H., seorang
khalifah dari dinasti Amawiyah yang terkenal adil dan wara’, sehingga beliau
dipandang sebagai Khalifah Rasyidin yang kelima, tergeraklah hatinya untuk
membukukan hadits. Beliau sadar bahwa perawi yang membendaharakan hadits dalam
dadanya, kian lama kian banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak
segera dibukukan dan kumpulkan dalam buku – buku hadits dari para perawinya,
mungkinlah hadits – hadits itu akan lenyap dari permukaan bumi dibawa bersama
oleh para penghafalnya kea lam barzakh.[3]
Selain
itu motif utama Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berinisiatif demikian:
a.
Kemauan
beliau yang kuat untuk tidak membiarkan Al – Hadits seperti waktu yang sudah –
sudah. Karena beliau khawatir akan hilang dan lenyapnya Al – Hadits dari
perbendaharaan masyarakat, disebabkan belum didewankannya dalam dewan hadits.
b.
Kemauan
beliau yang keras untuk membersihkan dan memelihara Al – Hadits dari hadits –
hadits maudlu’ yang dibuat oleh orang – orang untuk mempertahankan idiologi
golongannyadan mempertahankan mazhabnya, yang mulai tersiar sejak awal
berdirinya kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib r.a.
c.
Alasan
tidak terdewannya Al – Hadits secara resmi di zaman Rasulullah saw. dan
Khulafaur Rasyidin, karena adanya kekhawatiran bercampur aduknya dengan Al –
Quran, telah hilang, disebabkan Al – Qur’an telah dikumpulkan dalam satu
mush-af dan telah merata di seluruh pelosok. Ia telah dihafal di otak dan
diresapkan di hati sanubari beribu – ribu orang.
d.
Kalau
di zaman Khulafaur Rasyidin belum pernah dibayangkan dan terjadi peperangan
antara orang muslim dengan orang kafir, demikian juga perang saudara orang –
orang muslim, yang kian hari kian menjadi-jadi, yang sekaligus berakibat
berkurangnya jumlah ulama ahli hadits, maka pada saat itu konfrontasi tersebut
benar – benar terjadi.
Untuk
menghilangkan kekhawatiran akan hilangnya Al – Hadits dan memelihara Al –
Hadits dari bercampurnya dengan hadits – hadits palsu, beliau mengintruksikan
kepada seluh pejabat dan ulama yang memegang kekuasaan di wilayah kekuasaannya
untuk mengumpulkan Al – Hadits.[4]
Sedangkan
menurut Muhammad al – Zafzaf, kodifikasi hadits ketika itu dilakukan karena
1.
Para
ulama hadits telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadits akan
menghilang bersama wafat mereka, sementara, generasi penerus diperkirakan tidak
menaruh perhatian memelihara hadits.
2.
Banyak
berita yang diada – adakan oleh kaum mubtadi’ (tukang bid’ah) seperti,
Khawarij, Rafidhah, Syi’ah, dan lain – lain.[5]
B.
PROSES KODIFIKASI HADITS
Sunnah
yang disucikan sampai pada bentuknya yang sekarang ini perkembangannya melewati
periode yang berbeda –beda dan beraneka ragam. Jika ditelusuri perkembangannya
dalam tiap – tiap periode beserta segala macam aspeknya, tampak jelas pembukuan
sunnah itu melalui beberapa periode.[6]
1)
Pengumpulan hadits
Proses
kodifikasi hadits tidak langsung menulis hadits – hadits pada suatu kitab, akan
tetapi melalui pengumpulan – pengumpulan hadits terlebih dahulu.
Menurut
Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya “Dhuha Al – Islam”, Juz II halaman 106 – 107,
bahwa orang yang pertama – tama menghimpun hadits – hadits Nabi atas perintah
Khalifah ialah Abu Bakar bin Hazm gubernur
Madinah. Ia menghimpun sekitar tahun 100 H. tetapi menurut pendapat yang populer
di kalangan Ulama Hadits, bahwa penghimpunan hadits yang pertama – tama ialah Ibnu
Syihab Az – Zuhri.[7]Penghimpunan
ini terjadi pada abad pertama hijriah.
Yang
dapat ditegaskan sejarah dalam masa pengumpulan hadits abad kedua adalah
sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
pertama di kota Makkah, Ibnu Juraij (80 H = 669 M – 150 H = 767 M)
2.
Pengumpulan
pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (151 M – 768 M)
Atau Ibnu Abi Dzi’bin.
Atau Malik ibn Anas (93 H = 703 M – 179 H = 798 M)
3.
Pengumpulan
pertama di kota Bashrah, Al Rabi’ ibn Shabih (160 H = 777 M)
Atau Hammad ibn Salamah (176 H)
Atau Sa,id ibn Abi Arubah
(156 H = 773 M)
4.
Pengumpulan
pertama di Kufah, Sufyan Ats Tsaury (161 H)
5.
Pengumpulan
pertama di Syam, Al Auza’y (156 H)
6.
Pengumpulan
pertama di Wasith, Husyaim Al Wasithy (104 H = 722 M – 188 H = 804 M)
7.
Pengumpulan
pertama di Yaman, Ma’mar Al Azdy (95 H = 753 M – 153 H = 770 M)
8.
Pengumpulan
pertama di Rei, Jarir Al Dlabby (110 H = 728 M – 188 H = 804 M)
9.
Pengumpulan
pertama di Khurasan, Ibn Mubarak (118 H = 735 M – 181 H = 797 M)
10.
Pengumpulan
pertama di Mesir, Al Laits ibn Sa’ad (175 H)
Semua
ulama besar tersebut, terdiri dari ahli – ahli abad yang kedua Hijrah.[8]Pengumpulan
hadits – hadits tersebut terjadi dalam satu periode, dan tidak diketahui mana
yang lebih dahulu.[9]
2)
Penulisan Hadits Secara
Menyeluruh
Pada
mulanya Nabi saw. melarang para sahabat menulis hadits tetapi cukup
menghafalkannya, karena dikhawatirkan akan bercampur aduk dengan ayat – ayat Al
– Qur’an.
Jika
larangan penulisan terhadap hadits itu datangnya lebih dahulu, baru disusul
kemudian oleh hadits yang memerintahkan penulisan, maka tidak ada problem lagi,
sehingga adanya ijin penulisan hadits itu yang tepat dan dilakukan oleh manusia
untuk menulis hadits – hadits yang dapat dihimpunnya.[10]
Pada awalnya penyusunan hadits dalam kitab, hadits – hadits Nabi tidak
dipisahkan dari fatwa para sahabat dan tabi’in, tidak pula diadakan pemilihan
bab – bab tertentu.[11]
Semua itu dibukukan besama – sama. Maka terdapatlah dalam kitab – kitab itu
hadits – hadits marfu’, hadits – hadits mauquf, dan hadits – hadits maqthu’.[12]
Adapun
sistematika penulisan kitab hadits tersebut adalah dengan menghimpun hadits –
hadits yang tergolong dalam munasabah, atau hadits – hadits yang ada
hubungannya antara yang satu dengan yang lainnya dihimpun dalam satu bab,
kemudian disusun menjadi beberapa bab sehingga menjadi satu kitab. Para ulama masih
mencampur adukkan antara hadits dengan atsar sahabat dan tabi’in.[13]
3)
Penulisan Hadits Secara
Terpisah
Tahap
ini berlangsung sejak abad ketiga sampai pertengahan abad keempat Hijriah.[14]
Masa
ini dapat dianggap masa yang paling sukses dalam pembukuan hadits, sebab pada
masa ini Ulama Hadits telah berhasil memisahkan Hadits – Hadits Nabi dari yang
bukan Hadits (fatwa sahabat dan tabi’in) dan telah berhasil pula mengadakan
penyaringan yang sangat teliti terhadap apa saja yang dikatakan Hadits Nabi
(diteliti matan dan sanadnya). Masa ini disebut “masa menghimpun dan mentasbih
Hadits”.
Sistem
pembukuan hadits pada masa ini, adalah sebagai berikut:
1.
Penulis
menghimpun semua serangan yang dilancarkan oleh Ulama – Ulama Kalam kepada
pribadi Ulama – Ulama Hadits sendiri (misalnya si X tidak adil atau tidak
dlabit, jadi tidak dapat diterima haditsnya), atau ditujukan kepada Hadits –
Haditsnya sendiri (dikatakan hadits ini tidak dapat diterima karena mengandung
khufarat atau bertentangan dengan dalil lain dan sebagainya, jadi tak mungkin
dating dari Nabi). Kemudian si penulis menanggapi dan menjawab semua serangan
tersebut dengan alasan – alasan yang kuat, sehingga dapat menjaga nama baik
Ulama Hadits dan membersihkan Hadits – Hadits yang dicatatnya.
2.
Penulis
menghimpun hadits secara “musnad”, yakni menghimpun semua hadits dari tiap –
tiap sahabat tanpa memperhatikan masalah – masalahnya (isi haditsnya) dan nilai
(ada yang shahih, hasan, dan dlaif).
3.
Penulis
menghimpun hadits – hadits secara bab – bab seperti kitab Fiqh dan tiap bab
memuat hadits – hadits yang sama maudlu’nya / masalahnya. Misalnya bab shalat,
bab zakat, dan sebagainya.[15]
4)
Penulisan Hadits Shahih
Dalam
pembahasan terdahulu sudah disebut bahwa kitab – kitab dan karangan – karangan
yang dihimpun atas perintah resmi pembukuan sunnah pada periode dua, tidak
banyak urgensi pembukuan antara hadits yang shahih dan yang tidak shahih antara
yang menganulir dengan yang dianulir, dan urgensi pengklasifikasian secara
spesifik hadits dalam satu bab, melainkan hanya berdasarkan mensabah semata, di
mana dengan penyusunan seperti itu menyulitkan pemahaman terhadap hadits
kecuali bagi mereka yang ahli.
Oleh
karena itu, para penulis haditssengaja menyusun kitab khusus hadits yang sanad
– sanadnya shahih dan matan – matannya terhindar dari illat (cacat), yang
disusunnya menurut bab – bab fiqh, sirat, tafsir. Kitab tersebut disusunnya
dengan senantiasa menjaga aturan dan kaidah yang sudah diteliti oleh ulama ahli
ushul hadits dalam menentukan standar keshahihan hadits dan pertimbangan –
pertimbangannya.[16]
C.
KITAB – KITAB YANG LAHIR
SETELAH PROSES KODIFIKASI HADITS
Adapun
beberapa kitab Hadits yang mu’tamad yang lahir setelah proses kodifikasi hadits
adalah sebagai berikut:
1.
Kitab
Al – Jamius Shahih oleh Bukhari (194 – 256 H)
2.
Kitab
Al – Jamius Shahih oleh Muslim (204 – 261 H)
3.
Kitab
Sunan oleh Nasai (215 – 303 H)
4.
Kitab
Sunan oleh Abu Dawud ( 202 – 276 H)
5.
Kitab
Sunan oleh Tirmidzi (209 – 269 H)
6.
Kitab
Sunan oleh Ibnu Majah (209 – 276 H)
Adapun beberapa
kitab lainya adalah sebagai berikut :
1.
Musnad
oleh Ahmad bin Hanbal (164 – 241 H)
2.
Musnad
oleh Ahmad bin Rahawaih (161 – 238 H)[17]
3.
Ma’rifat
‘Ulum al – Hadits karya al – Hakim Abu Abdillah an – Naisaburi (405 H)
4.
Al –
Mustakhraj karya Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah al – Ishfahani (430 H)
5.
Ma
La Yasa’u al – Muhaddits Jahluhu karya al – Miyanji Abu Hafsh Umar bin Abdul
Majid (580).[18]
6.
Al –
Mushannaf (abad ke-2 H)
7.
Al –
Musnad (abad II – III H)
8.
Kitab
– kitab shahih dan al – Jami’ (abad III – IV H)
9.
Kitab
– kitab Sunan (abad III – IV H)
10.
Kitab
al – Mustadrak (abad ke-4 H)
11.
Kitab
al – Mustakhraj (abad ke-4 H).[19]
Dan masih
banyak kitab – kitab Hadits lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Secara
garis besar, penyebab terjadinya kodifikasi hadits adalah untuk menghilangkan kekhawatiran akan hilangnya Al – Hadits
dan memelihara Al – Hadits dari bercampurnya dengan hadits – hadits palsu.
2.
Proses
- proses kodifikasi hadits melalui beberapa tahap, yaitu: pengumpulan hadits, penulisan
hadits secara menyeluruh, penulisan hadits secara terpisah, dan penulisan
hadits shahih.
3.
Banyak
kitab – kitab yang lahir setelah proses kodifikasi hadits yang membantu kita
mengenal hadits – hadits Nabi Muhammad saw.
B.
SARAN
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kami selaku penyusun makalah
tersebut mengharapkan saran, dan ide yang bisa membangun, dan melengkapi
makalah tersebut. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan.
DAFTAR RUJUKAN
Zuhri, Muh.. 2011. Hadis Nabi. Yogyakarta: Tiara Warcana Yogya.
‘Itr, Nuruddin. 1994. ’ULUM AL – HADITS 1. Bandung :Dar al –
Fikr Damaskus.
Shiddieqy , T.M. Hasb Ash. 1998. SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU
HADITS. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Rahman, Fatchur. 1974. IKHTISHAR MUSHTHALAHU’L HADITS.
Bandung: PT Alma’arif.
Al – Maliki,
Muhammad Alawi.2009. ILMU USHUL HADIS. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Zuhdi, Masjfuk.
1985. PENGANTAR ILMU HADITS.Surabaya:pt bina ilmu.
Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc. 2013. SEJARAH KODIFIKASI HADITS. (Online), (https://muslim.or.id/12725-sejarah-kodifikasi-hadits.html, diakses tanggal 19 March 2013).
Wahyudi,
Dedin. 2009. SEJARAH KODIFIKASI HADIS DAN
PERKEMBANGANNYA. (Online), (http://podoluhur.blogspot.co.id/2009/02/sejarah-kodifikasi-hadis-dan.html,
di akses tanggal 3 Febru
[1]
Prof.Dr.Muh.Zuhri., Hadis Nabi, Tiara Warcana Yogya, Yogyakarta, 2011,
hlm. 52.
[2]Ibid., hlm. 54.
[3]Prof. Dr. T.M.
Hasb Ash Shiddieqy, SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU HADITS, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1998, hlm. 78.
[4]Drs. Fatchur
Rahman, IKHTISHAR MUSHTHALAHU’L HADITS, PT Alma’arif, Bandung, 1974,
hlm. 52-53.
[5]Prof. Dr. Muh.
Zuhri, Hadis Nabi, Tiara Warcana Yogya, Yogyakarta, 2011, hlm. 54.
[6]Prof. Dr.
Muhammad Alawi Al – Maliki, ILMU USHUL HADIS, PUSTAKA PELAJAR,
Yogyakarta, 2009, hlm. 13.
[7]Drs. Masjfuk
Zuhdi, PENGANTAR ILMU HADITS, pt bina ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 85.
[8]Prof. Dr. T.M.
Hasb Ash Shiddieqy, SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU HADITS, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1998, hlm. 81.
[9]Prof. Dr.
Muhammad Alawi Al – Maliki, ILMU USHUL HADIS, PUSTAKA PELAJAR,
Yogyakarta, 2009, hlm. 21.
[10]Prof. Dr.
Muhammad Alawi Al – Maliki, ILMU USHUL HADIS, PUSTAKA PELAJAR,
Yogyakarta, 2009, hlm. 17
[11]Prof. Dr. Muh.
Zuhri, Hadis Nabi, Tiara Warcana Yogya, Yogyakarta, 2011, hlm. 58.
[12]Prof. Dr. T.M.
Hasb Ash Shiddieqy, SEJARAH DAN PENGANTAR ILMU HADITS, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1998, hlm.82
[13]Prof. Dr.
Muhammad Alawi Al – Maliki, ILMU USHUL HADIS, PUSTAKA PELAJAR,
Yogyakarta, 2009, hlm. 22.
[14]Dr. Nuruddin
‘Itr,’ULUM AL – HADITS 1,Dar al – Fikr Damaskus, Bandung, 1994, hlm. 48.
[15]Drs. Masjfuk
Zuhdi, PENGANTAR ILMU HADITS, pt bina ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 90 –
91.
[16]Prof. Dr.
Muhammad Alawi Al – Maliki, ILMU USHUL HADIS, PUSTAKA PELAJAR,
Yogyakarta, 2009, hlm. 22-23.
[17]Drs. Masjfuk
Zuhdi, PENGANTAR ILMU HADITS, pt bina ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 90 -
91.
[18]Dr. Nuruddin
‘Itr,’ULUM AL – HADITS 1,Dar al – Fikr Damaskus, Bandung, 1994, hlm. 51
– 52.
[19]Prof. Dr. Muh.
Zuhri, Hadis Nabi, Tiara Warcana Yogya, Yogyakarta, 2011, hlm. 58 – 63.
Lihat artikel kami lainnya :
Niat Mandi Wajib Sebelum Shalat Jum'at
6 Makanan yang Dianjurkan dan Dilarang Bagi Penderita Kolesterol
Obat Liver Paling Ampuh
Cara Mengobati Bronkitis Paling Ampuh
Cara Mengobati Penyakit Ginjal
Cara Mengobati Usus Buntu Tanpa Operasi
Cream Untuk Pencerah Kulit Wajah Sensitif
Cara Mudah Mengatasi Kulit Berminyak
Pencerah Dan Pengencang Kulit Wajah Ampuh
atuna el tufuli
16 Definisi Sosiologi (Menurut Para Ahli)
Downhill rar
HUKUM PEMBERIAN GARANSI DALAM ISLAM
MEMBERI HONOR (IJARAH) KEPADA YANG TIDAK MEMILIKI PEKERJAAN WAJAR
ETIKA PERIKLANAN (MAKALAH)
ISTILAH - ISTILAH AKUNTANSI
APA ITU SPSS | SPSS ADALAH
4 Model Kepemimpinan Politik
PUISI GUSMUS - Tuhan, ISLAMKAH AKU
Obat Syaraf Kejepit Paling Ampuh
Obat Turun Berok
Cara Menyuburkan Kandungan agar Cepat Hamil
Obat Amandel Anak dan Dewasa
Cara Mengobati TBC secara Alami
Cara Mengobati Asam Lambung Tinggi
10 Anjuran dan 6 Makanan Pantangan Penderit Diabetes
Niat Mandi Wajib Sebelum Shalat Jum'at
Cara Membuat Kata Pengantar
kodifikasi hadits
kodifikasi hadits pdf
kodifikasi hadits sejarah dan perkembangannya
kodifikasi hadits secara resmi
kodifikasi hadits sejarah perkembangannya
kodifikasi hadits adalah
kodifikasi hadits pada masa sahabat
kodifikasi hadits ppt
kodifikasi hadits nabi
kodifikasi hadits pada masa tabi'in
kodifikasi hadits abad ke 2
kodifikasi al-hadits
kodifikasi hadis adalah
sejarah kodifikasi al hadits
arti kodifikasi hadits
artikel kodifikasi hadits
alasan kodifikasi hadits
kodifikasi hadits masa umar bin khattab
kodifikasi hadits dan sejarah perkembangannya
kodifikasi hadits dan perkembangannya
makalah kodifikasi hadits sejarah dan perkembangannya
sejarah kodifikasi hadits upaya dan pencapaian
definisi kodifikasi hadits
kodifikasi hadis dilakukan pada masa
sejarah kodifikasi hadits upaya dan pencapaiannya
kodifikasi ilmu hadits
kodifikasi ilmu hadist
kodifikasi dan kedudukan hadits
sejarah kodifikasi hadits lengkap
kodifikasi hadits masa mutaqaddimin
materi kodifikasi hadits
kodifikasi hadits pada masa nabi
makalah kodifikasi hadits
masa kodifikasi hadits
manfaat kodifikasi hadits
metode kodifikasi hadits
kodifikasi hadis nabi
kodifikasi hadist pada masa tabi'in
kodifikasi hadis pada masa mutaqaddimin
kodifikasi hadis pada masa sahabat
kodifikasi hadits pertama kali
resume kodifikasi hadits
hadits sebelum kodifikasi
kodifikasi hadis secara resmi
kodifikasi hadist secara resmi
sejarah kodifikasi hadits
tujuan kodifikasi hadits
tokoh kodifikasi hadits
tipologi kodifikasi hadits
kodifikasi hadits
kodifikasi hadits pdf
kodifikasi hadits sejarah dan perkembangannya
kodifikasi hadits secara resmi
kodifikasi hadits sejarah perkembangannya
kodifikasi hadits adalah
kodifikasi hadits pada masa sahabat
kodifikasi hadits ppt
kodifikasi hadits nabi
kodifikasi hadits pada masa tabi'in
kodifikasi hadits abad ke 2
kodifikasi al-hadits
kodifikasi hadis adalah
sejarah kodifikasi al hadits
arti kodifikasi hadits
artikel kodifikasi hadits
alasan kodifikasi hadits
kodifikasi hadits masa umar bin khattab
kodifikasi hadits dan sejarah perkembangannya
kodifikasi hadits dan perkembangannya
makalah kodifikasi hadits sejarah dan perkembangannya
sejarah kodifikasi hadits upaya dan pencapaian
definisi kodifikasi hadits
kodifikasi hadis dilakukan pada masa
sejarah kodifikasi hadits upaya dan pencapaiannya
kodifikasi ilmu hadits
kodifikasi ilmu hadist
kodifikasi dan kedudukan hadits
sejarah kodifikasi hadits lengkap
kodifikasi hadits masa mutaqaddimin
materi kodifikasi hadits
kodifikasi hadits pada masa nabi
makalah kodifikasi hadits
masa kodifikasi hadits
manfaat kodifikasi hadits
metode kodifikasi hadits
kodifikasi hadis nabi
kodifikasi hadist pada masa tabi'in
kodifikasi hadis pada masa mutaqaddimin
kodifikasi hadis pada masa sahabat
kodifikasi hadits pertama kali
resume kodifikasi hadits
hadits sebelum kodifikasi
kodifikasi hadis secara resmi
kodifikasi hadist secara resmi
sejarah kodifikasi hadits
tujuan kodifikasi hadits
tokoh kodifikasi hadits
tipologi kodifikasi hadits