Asuhan Keperawatan Anemia Pernisioasa (ASKEP)
Ingat, Makalah yang kami share hanya sebagai bentuk referensi saja. Silahkan cari referensi dari sumber lainnya.
Download Filenya Disini
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dewasa ini masalah kesehatan menjadi sorotan di masyarakat dari berbagai kalangan dan profesi. Berbagai penyakit kini menjadi endemik di masyarakat. Hal ini karena adanya pemajanan terhadap factor pencetus dan karena akses terhadap factor penyebab kian riskan. Keadaan diperburuk dengan kurangnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat mengenai penyakit-penyakit yang menjadi endemik.
Adapun penyakit yang sering terjadi
di masyarakat tetapi kurang disadari pentingnya untuk mencegah dan mengatasi
secara dini adalah anemia. Banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa anemia
adalah penyakit yang memiliki kompensasi yang besar terhadap kerusakan
metabolisme di dalam tubuh.
Anemia diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian. Terdapat anemia yang disebabkan oleh faktor defisiensi zat-zat
yang diperlukan dalam metabolisme, anemia karena proses hormone di dalam tubuh,
yaitu menstruasi, terdapat pula anemia karena autoimun, dan masih banyak lagi.
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai salah satu klasifikasi anemia yaitu anemia pernisiosa. Anemia jenis ini disebabkan
karena tubuh mengalami defisiensi vitamin B12, yang sangat penting untuk
diketahui mengingat factor penyebab dari anemia jenis ini adalah defisit
nitrisi yang kadang diremehkan oleh sebagian besar masyarakat
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mengetahui asuhan keperawatan untuk klien dengan Anemia
Pernisiosa
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari AnemiaPernisiosa
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Anemia Pernisiosa
3. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis
dari AnemiaPernisiosa
4. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan
diagnostic untuk Anemia Pernisiosa
5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari
Anemia
Pernisiosa
6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari Anemia Pernisiosa
7. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari Anemia Pernisiosa
8. Mahasiswa mampu memahami WOC dari Anemia Pernisiosa
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Anemia pernisiosa adalah salah satu
penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel darah merah akibat defisiensi
vitamin B12 dan asam folat, salah satu fungsi vitamin B12 adalah
untuk pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. (Brunner&Suddart, 2001)
Anemia
pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan. Vitamin B12
diperlukan untuk pengembangan yang tepat dari sel darah merah. (Price
&Sylvia, 1995).
Anemia
pernisiosa (atau anemia pernisiosa - juga dikenal sebagai anemia Biermer,'s
anemia Addison, atau-Biermer anemia Addison) adalah salah satu dari banyak
jenis keluarga besar anemia
megaloblastik. Hal ini disebabkan oleh hilangnya sel parietal lambung,
dan ketidakmampuan berikutnya untuk menyerap vitamin B 12. (Nursing
blogspot.com)
2.1.2 Etiologi
Dalam kelompok ini, 10-20 kasus per
100.000 orang terjadi per tahun. Anemia pernisiosa dilaporkan kurang umum pada
orang-orang dari latar belakang ras lain, selain Inggris, Irlandia, Skotlandia,
dan Skandinavia. Meskipun penyakit ini pernah diyakini langka pada orang
Amerika asli dan jarang pada orang kulit hitam, pengamatan terakhir menunjukkan
bahwa kejadian itu diremehkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi angka kejadian
anemia pernisiosa, antara lain:
a. Mortalitas
/ Morbiditas
Penyakit
ini disebut anemia pernisiosa karena fatal sebelum penemuan bahwa itu adalah
gangguan gizi. Tampilan megaloblastik sel menyebabkan banyak berspekulasi bahwa
itu adalah penyakit neoplastik. Respon pasien terhadap terapi hati menyarankan
bahwa kekurangan gizi bertanggung jawab atas gangguan ini. Hal ini menjadi
jelas dalam uji klinis sekali vitamin B-12 diisolasi. Saat
ini, pasien pada perawatan yang tepat memiliki hidup normal.
b.
Ras
Sedangkan
penyakit awalnya diyakini terbatas terutama untuk kulit putih asal Skandinavia
dan Celtic, menunjukkan bukti terbaru bahwa itu terjadi di semua ras.
c. Seks
Sebuah
Dominasi perempuan telah dilaporkan di Inggris, Skandinavia, dan di antara
orang-orang keturunan Afrika (1,5:1). Namun, data di Amerika Serikat
menunjukkan distribusi jenis kelamin yang sama.
d. Umur
Anemia
pernisiosa biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Antara orang kulit
putih, usia onset rata-rata adalah 60 tahun, sementara itu terjadi pada usia
yang lebih muda pada orang hitam (rata-rata usia 50 tahun).
Pengikatan vitamin B 12
terganggu oleh faktor intrinsik autoimun gastritis atrofi, di mana autoantibodies diarahkan terhadap sel parietalis, serta terhadap faktor intrinsik sendiri. Bentuk kekurangan
vitamin B 12 selain anemia pernisiosa harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari anemia megaloblastik. Infeksi
dengan cacing pita latum Diphyllobothrium ,
mungkin karena parasit kompetisi untuk vitamin B 12.
Gangguan serupa yang melibatkan
gangguan penyerapan B12 juga bisa terjadi setelah pengangkatan
lambung ( gastrektomi ). Dalam prosedur ini, sel-sel
mukosa tidak lagi tersedia, begitu pula yang diperlukan faktor intrinsik . Hal ini mengakibatkan
penyerapan GI memadai B 12, dan dapat mengakibatkan sindrom
dibedakan dari anemia pernisiosa. Pada gastrektomi pasien harus mengkonsumsi B 12
seperti dalam pengobatan anemia pernisiosa: dosis tinggi baik oral atau B 12
dengan injeksi.Malnutrisi (alkoholik, vegetarian), anemia pernisiosa (penyakit
autoimun terhadap sel parietal.Resiko meningkat disertai dengan insufisiensi
endokrin poliglandular dan karsinoma lambung, penyebab lainnya adalah
faktor-faktor absorpsi (keadaan setelah gastrektomi.
2.1.3 Patofisiologi
Anemia terjadi akibat
gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel eritroblas.
Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi
vitamin B12 yang berguna dalam reaksi metilasi homosisten menjadi metionin dan
reaksi ini berperan dalam mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan
dalam sintesis DNA dan akan mengganggu maturasi inti sel dengan akibat
terjadinya megaloblas.
Anemia pernisiosa
disebabkan oleh kegagalan sel parietal lambung untuk menghasilkan cukup vitamin
B12. Gangguan lain yang mengganggu penyerapan dan metabolisme vitamin B-12
dapat menghasilkan cobalamin (CBL) defisiensi, dengan pengembangan makrositik
anemia dan komplikasi neurologis.
Struktur dasar yang
dikenal sebagai vitamin B-12 adalah semata-mata disintesis oleh mikroorganisme,
tetapi kebanyakan hewan mampu mengkonversi vitamin B-12 ke dalam 2 bentuk
koenzim, adenosylcobalamin dan methylcobalamin. Yang pertama diperlukan untuk konversi-methylmalonic
asam L untuk suksinil koenzim A (CoA), dan tindakan terakhir sebagai
methyltransferase untuk konversi homocysteine untuk metionin. Ketika kekurangan
folat, fungsi sintasa timidin terganggu. Hal ini menyebabkan perubahan
megaloblastik pada semua sel dengan cepat membagi karena sintesis DNA
berkurang. Dalam prekursor erythroid, macrocytosis dan eritropoiesis efektif
terjadi.
Diet CBL diperoleh
sebagian besar dari daging dan susu dan diserap dalam serangkaian langkah, yang
memerlukan pelepasan proteolitik dari makanan dan mengikat protein lambung.
Selanjutnya, pengakuan dari kompleks IF-CBL oleh reseptor ileum khusus harus
terjadi karena transportasi ke dalam sirkulasi portal untuk terikat oleh
transcobalamin II (TC II), yang berfungsi sebagai transporter plasma.
Transcobalamin (TC)
adalah terdegradasi dalam sebuah lisozim, dan CBL dilepaskan ke sitoplasma.
Pengurangan enzim-dimediasi kobalt terjadi dengan baik untuk membentuk
methylcobalamin atau adenosylation mitokondria untuk membentuk adenosylcobalamin.
Cacat dari langkah-langkah menghasilkan manifestasi dari disfungsi CBL.
Sebagian besar cacat menjadi nyata pada masa bayi dan anak usia dini dan
mengakibatkan gangguan perkembangan, keterbelakangan mental, dan anemia
makrositik.
Anemia pernisiosa
mungkin adalah gangguan autoimun dengan kecenderungan genetik. Anemia
pernisiosa lebih umum daripada yang diharapkan dalam keluarga pasien dengan
anemia pernisiosa, dan penyakit yang berhubungan dengan antigen leukosit
manusia (HLA) tipe A2, A3, dan B7 dan tipe A golongan darah.
Antibodi sel
Antiparietal terjadi pada 90% pasien dengan anemia pernisiosa, tetapi hanya 5%
dari orang dewasa yang sehat. Demikian pula, mengikat dan menghalangi antibody
jika ditemukan pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa. Sebuah asosiasi
yang lebih besar daripada yang diantisipasi ada antara anemia pernisiosa dan
penyakit autoimun lainnya, yang meliputi gangguan tiroid, diabetes mellitus
tipe I, ulcerative colitis, penyakit Addison, infertilitas, dan agammaglobulinemia
diperoleh. Hubungan antara anemia pernisiosa dan Helicobacter pylori
infeksi telah didalilkan namun tidak jelas terbukti.
Kekurangan CBL bisa
dihasilkan dari kekurangan makanan vitamin B-12; gangguan pada perut, usus
kecil, dan pankreas, infeksi tertentu, dan kelainan transportasi, metabolisme,
dan pemanfaatan. Kekurangan dapat diamati pada vegetarian ketat. Bayi ASI dari
ibu vegetarian juga terpengaruh. Terkena dampak parah bayi dari ibu vegetarian
yang tidak memiliki kekurangan terbuka CBL telah dilaporkan. Daging dan susu
merupakan sumber utama CBL diet. Karena tubuh menyimpan CBL yang biasanya
melebihi 1000 mcg dan kebutuhan sehari-hari adalah sekitar 1 mcg, kepatuhan
yang ketat untuk diet vegetarian selama lebih dari 5 tahun biasanya dibutuhkan untuk
menghasilkan temuan kekurangan CBL. Cobalamin (CBL) dibebaskan dari daging di
lingkungan asam lambung di mana ia mengikat faktor R dalam persaingan dengan
faktor intrinsik (IF). CBL dibebaskan dari faktor R dalam duodenum oleh
pencernaan proteolitik faktor R oleh enzim pankreas. CBL kompleks transit IF-ke
ileum mana ia terikat pada reseptor ileum. Jika CBL memasuki sel serap ileum,
dan CBL dilepaskan dan memasuki plasma. Dalam plasma, CBL terikat untuk
transcobalamin II (TC II), yang memberikan kompleks untuk sel nonintestinal.
Pada orang dewasa,
anemia pernisiosa dikaitkan dengan atrofi lambung parah dan achlorhydria, yang
ireversibel. Kekurangan zat besi yg hidup bersama adalah umum karena
achlorhydria mencegah solubilisasi besi makanan dari bahan pangan. Fenomena
autoimmune dan penyakit tiroid sering diamati. Pasien dengan anemia pernisiosa
memiliki 2 - untuk insiden meningkat 3 kali lipat dari karsinoma lambung. Penyebab kekurangan CBL:
a.
Asupan makanan yang tidak memadai (yaitu, diet
vegetarian)
b. Atrofi
atau hilangnya mukosa lambung (misalnya, anemia pernisiosa, gastrektomi,
konsumsi bahan kaustik, hypochlorhydria,
histamin [H2] 2 blocker)
c. Proteolitik
yang tidak memadai dari CBL diet
d. Pankreas
tidak mencukupi protease (misalnya, pankreatitis kronis, sindrom
Zollinger-Ellison)
e. Bakteri berlebih pada usus (misalnya
loop, buta, diverticula)
f. Gangguan mukosa ileum (misalnya,
reseksi, ileitis, sariawan, limfoma, amyloidosis, reseptor IF-Kabel absen,
Imerslünd-Grasbeck sindrom, sindrom Zollinger-Ellison, TCII
kekurangan, penggunaan obat-obatan tertentu)
g. Gangguan
transportasi plasma cobalamin (misalnya, defisiensi TCII, R
kekurangan
bahan pengikat)
h. Disfungsional
penyerapan dan penggunaan cobalamin oleh sel (misalnya, cacat pada
deoxyadenosylcobalamin selular [AdoCbl] dan methylcobalamin [MeCbl] sintesis).
Anemia
pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel
darah merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi
vitamin B12 adalah untuk pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang
menjadi aktif. Akibat defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan terganggunya
sintesa DNA dan RNA. Terganggunya sintesa DNA akan menyebabkan anemia di
sum-sum tulang dalam bentuk anemia makrositik dan di dalam darah dalam bentuk
anemia megaloblastik. Sedangkan terganggunya sintesa RNA akan menyebabkan
gangguan sistem saraf. Defisiensi absorbsi vitamin B12 dalam tubuh terjadi oleh
karena defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum sehingga menyebabkan gangguan
penyimpanan vitamin B12 di dalam hati dan sum-sum tulang. Defisiensi absorbsi
vitamin B12 di ileum dapat disebabkan oleh karena kekurangan faktor intrinsik
akibat defisiensi faktor intrinsik kongenital,gastrektomi total, gastrektomi
parsial, lesi di usus halus dan reseksilleum. Faktor lain yang mempengaruhi
defisiensi absorbsi vitamin B12 adalah defisiensi diet vitamin B12. defesiensi
asam folat, adanya cacing pita diphytobatrium tatum) di usus halus dan
pemakaian obat-obat antagonis terhadap purin dan pirimidin. Gambaran klinis secara
umum pasien pucat, mudah lelah, kehilangan berat badan, gangguan sensasi gerak
dan pati rasa dari alat gerak, sedangkan gambaran klinis di rongga mulut berupa
glositis yang ditandai lidah berwarna merah terang dan permukaan lidah licin.
Jadi,
defisiensi B12, dapat terjadi pada berbagai bentuk, gangguan ini jarang terjadi
apabila asupan tidak adekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak
makan sama sekali. Gangguan traktus gastrointestinal lebih sering terjadi.
Abnormalitas yang terjadi pada mukosa gaster; dinding lambung mengalami atrofi
dan tidak mampu mensekresi faktor intrinsik. Za tersebut biasanya mengikat
vitamin B12 dari diet dan biasanya mengalir bersama ke ileum, dimana vitamin
tersebut diabsorpsi.
2.1.4 Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi meliputi:
a. Riwayat
keluarga penyakit
b. Sejarah
gangguan endokrin autoimun, termasuk:
a. Penyakit Addison
b. Tiroiditis kronis
c. Penyakit Graves
d. Hipoparatiroidisme
e. Hypopituitarism
f. Myasthenia gravis
g. Amenore sekunder
h. Diabetes tipe 1
i.
Disfungsi testis
j.
Vitiligo
k. Skandinavia
atau Eropa Utara keturunan
2.1.5 Manifestasi Klinis
Permulaan anemia pernisiosa biasanya
adalah berbahaya dan samar-samar. Tiga serangkai klasik
kelemahan, lidah sakit, dan parestesia mungkin ditimbulkan tetapi biasanya
tidak kompleks gejala kepala. Biasanya, perhatian medis dicari karena gejala
sugestif gangguan jantung, ginjal, genitourinary, gastrointestinal, infeksi,
mental, atau neurologis dan pasien ditemukan anemia dengan indeks selular
makrositik.
Temuan umum: Berat badan antara
10-15 pon terjadi pada sekitar 50% dari pasien dan mungkin disebabkan
anoreksia, yang diamati pada kebanyakan pasien. Demam kelas rendah terjadi pada
sepertiga pasien yang baru didiagnosa dan segera menghilang dengan pengobatan.
Anemia: Anemia sering ditoleransi
pada anemia pernisiosa, dan banyak pasien yang berjalan dengan tingkat
hematokrit pada pertengahan remaja. Namun, output jantung biasanya meningkat
dengan hematocrits kurang dari 20%, dan mempercepat denyut jantung. Gagal
jantung kongestif dan insufisiensi koroner dapat terjadi, sebagian besar
terutama pada pasien dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya.
Temuan Gastrointestinal: Sekitar 50%
dari pasien memiliki lidah yang halus dengan hilangnya papila. Hal ini biasanya
ditandai sepanjang tepi lidah. Lidah dapat menjadi merah menyakitkan dan
berdaging. Kadang-kadang, bercak merah yang diamati di tepi dorsum lidah.
Pasien dapat melaporkan terbakar atau rasa sakit, sebagian besar terutama pada
salah satu anterior sepertiga dari lidah. Gejala
ini mungkin terkait dengan perubahan rasa dan kehilangan nafsu makan.
Pasien dapat melaporkan sembelit
salah satu atau beberapa memiliki semipadat buang air besar setiap hari. Ini
telah dikaitkan dengan perubahan megaloblastik dari sel-sel mukosa usus.
Gejala gastrointestinal nonspesifik
tidak biasa dan termasuk anoreksia, mual, muntah, mulas, pyrosis, perut
kembung, dan rasa kepenuhan. Jarang, pasien datang dengan nyeri perut yang parah
terkait dengan kekakuan abdomen, hal ini telah dikaitkan dengan patologi sumsum
tulang belakang.
Sistem saraf: gejala neurologis
dapat diperoleh pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa, dan gejala
yang paling umum adalah parestesia, kelemahan, kecanggungan, dan kiprah goyah.
Gejala-gejala neurologis adalah karena myelin degenerasi dan hilangnya serabut
saraf dalam kolom dorsal dan lateral dari sumsum tulang belakang dan korteks
serebral.
Sistem Perkemihan: retensi urin dan
gangguan berkemih dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang belakang. Hal ini dapat mempengaruhi
pasien untuk infeksi saluran kemih. Muskuloskeletal: parestesia pada
ekstremitas, kesulitan untuk menjaga keseimbangan karena kerusakan sumsum
tulang.
2.1.6
Pemeriksaan
a. Tes Serologi :
1. Jumlah
darah lengkap (JDL): Hemoglobin dan hematokrit menurun
2. Jumlah
eritrosit: menurun (AP), menurun berat (aplastik): MCV (volume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik)
3. Jumlah
retikulosit: bervariasi. Mis. Menurun (AP), meningkat (respon sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/ hemolisis)
4. Pewarnaan
SDM: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia)
5. LED: peningkatan menunjukkan adanya
reaksi inflamasi, mis. Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi
6. Masa hidup SDM: berguna dalam
membedakan diagnose anemia, mis. Pada tipe anemia tertentu, ADM mempunyai waktu
hidup lebih pendek
7. Tes kerapuhan eritrosit; menurun
(BD)
8. SDP: jumlah sel total sama dengan
SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik)
9. Jumlah trombosit: menurun
(aplastik); meningkat (DB): normal atau tinggi (hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis:
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
11. Bilirubin
serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik)
12. Folat
serum dan vitamin B12: membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukkan/ absorpsi
13. Besi serum: tak ada (BD)
14. Feritin
serum: menurun (DB)
15. Masa
perdarahan; memenjang (aplastik)
16. LDH serum: mungkin meningkat
(AP).
b. Lain-Lain :
1. Analisa
gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP)
2. Aspirasi
sumsum tulang/ pemeriksaan biopsy: sel mungkintampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk membedakan tipe anemia, mis. Peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplatik)
3. Pemeriksaan
endoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan: perdarahan GI
2.1.7 Penatalaksanaan
Suntikan vitamin B12 bulanan
diresepkan untuk memperbaiki kekurangan vitamin B12. Terapi ini memperlakukan
anemia dan dapat memperbaiki komplikasi neurologis jika diambil cukup dini.
Pada orang dengan kekurangan parah, suntikan diberikan lebih sering pada
awalnya.
Beberapa dokter menyarankan bahwa
pasien tua dengan atrofi lambung mengkonsumsi suplemen vitamin B12 melalui
mulut di samping suntikan bulanan. Ada juga sediaan vitamin
B12 yang dapat diberikan melalui hidung. Bagi sebagian orang, mengkonsumsi
tablet vitamin B12 melalui mulut dalam dosis sangat tinggi dapat menjadi
pengobatan yang efektif.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia
(Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja
atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya
perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan), pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan), pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda :depresi
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda :depresi
4. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur,
apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala :nyeri abdomen samara : sakit kepala
Gejala :nyeri abdomen samara : sakit kepala
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea,ortopnea dan dispnea
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea,ortopnea dan dispnea
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik)
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik)
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia
atau amenore. Hilang libido (pria dan wanita). Impoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) b.d kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan d.d pasien selalu
bertanya tentang penyakitnya
2. Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan d.d
kelemahan dan kelelahan
3. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan
sekunder tidak adekuat
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan
untuk makanan/absorpsi nutrient d.d BB menurun
5. Perubahan perfusi jaringan b.d
penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrien ke
sel d.d kulit pucat, membran mucosa kering
2.2.3 Intervensi
No Dx
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)jam diharapkan pasien dapat
menunjukan perfusi yang adekuat dengan kriteria hasil :
Tanda
vital dalam batas normal
Membran
mukosa warna merah muda
haluaran
urin adekuat
|
a. kaji TTV,
kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membrane mukosa, dasar kuku
b. Selidiki keluhan
nyeri dada, palpitasi
c. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
|
a. Memberikan
informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi
b. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial resiko
infark
c.
Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
|
2
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)jam diharapkan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan BB yang sesuai, dengan kriteria hasil :
Menunjukkan
penurunan tanda fisiologi intoleransi, mis. Nadi, pernapasan, dan TD masih
dalam rentang normal pasien.
|
a. Observasi
dan catat masukan makanan pasien
b. Berikan mkanan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara
waktu makan
c. Berikan
dan bantu oral higiene yang baik : sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat
gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
d. Kolaborasi
dengan ahli gizi
|
a. Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
b. Makan sedikit
dapat menurunkankelemahan dsn meningkatkan pemasukan juga mencegah
c.
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin di
perlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
d. Membantu dalam
membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
|
3
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)jam diharapkan terjadinya
infeksi dapat dicegah, dengan kriteria hasil :
TD :
normal
suara
nafas bersih
leukosit
dalam batas normal
tidak
terjadi nyeri pada tulang panjang.
|
a. Kaji
adanya tanda dan gejala infeksi
b. Gunakan teknik
asepsis mengganti balutan
c. Perbaiki
asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
|
a. Stres
fisiologis akibat infeksi sering mencetuskan terjadinya krisis
b. Teknik aseptif
dapat mengurangi pemasukkan mikroorganisme ke daerah yang terluka.
c. Nutrisi
optimal dan keseimbangan cairan akan menguatkan integritas jaringan.
|
4
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)jam diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya dengan kriteria hasil :
TTV dalam
batas normal
Klien
dapat melakukan aktivitas sendiri
Kelemahan
otot berkurang
|
a. Kaji
kemampuan pasien untuk melakukan kegiatan normal. Catat laporan kelelahan ,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas
b. Kaji kehilangan/
gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
|
a. Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan
b. Menunjukkan
perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/ resiko cedera
|
5
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)jam diharapkan klien menyatakan
pemahaman proses penyakit, diagnotik, dan rencana pengobatan, dengan kriteria
hasil :
Klien
dapat mengidentifikasi factor penyebab,melakukan tindakan yang
perlu/perubahan pola hidup.
|
a. Berikan
informasi tentang anemia spesfik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia
b. Tinjau tujuan
dan persiapan untuk pemeriksaan diagnotik
c. Tinjau
perubahan diet yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus
d. Dorong untuk menghentikan merokok
|
a. Memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan anseitas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b. Anseitas/akut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat stres,yang
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang
diperkirakan menurunkan ansietas.
c. Daging
merah, hati, kuning telur, sayuran berdaun hijau,biji bersekam dan buah yang
di keringkan adalah sumberbesi. Sayuran hijau, hati, dan buah asam adalah
sumber asam folat dan vitamin C (meningkatkan absorsi besi)
d. Menurunkan
ketersediaan oksigen dan menyebabkan vasokontriksi
|
1. Tanda vital dalam batas normal,
membran mukosa warna merah muda, haluaran urin adekuat
2. Menunjukkan penurunan tanda
fisiologi intoleransi, mis. Nadi, pernapasan, dan TD masih dalam rentang normal
pasien
3. TD normal, suara nafas bersih,
leukosit dalam batas normal, tidak terjadi nyeri pada tulang panjang
4. TTV dalam batas normal, klien dapat
melakukan aktivitas sendiri, kelemahan otot berkurang
5. Klien dapat mengidentifikasi factor
penyebab,melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis
berupa berkurangnya produksi sel darah merah akibat defisiensi vitamin
B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah untuk
pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. (Brunner&Suddart,
2001)
3.2
Saran
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk
memberikan tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada
pembentukan tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan.
Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang berhubungan
dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus mendukung pasien dan
keluarga dalam menjalani proses penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah; editor
Suzanne C. Smeltzer,
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan
Pendokumentasiaan Perawatan Pasien. EGC: Jakarta
Engram, Barbara. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisisologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. EGC: Jakarta
Keyword :
askep anemia,
askep anemia pdf,
askep anemia lengkap,
askep anemia nanda nic noc,
askep anemia pada ibu hamil,
askep anemia pada anak,
askep anemia aplastik,
askep anemia lengkap pdf,
askep anemia gravis,
askep anemia hemolitik,
askep anemia ppt,
askep anemia aplastik nic noc,
askep anemia aplastik pdf,
askep anemia aplastik pada anak,
askep anemia aplastik lengkap,
askep anemia anak,
askep anemia aplikasi nanda nic noc,
askep anemia aplastik pada anak pdf,
askep anemia adalah,
askep anemia analisa data,
askep anemia berat,
askep anemia berat pada anak,
askep anemia berdasarkan nanda nic noc,
askep anemia bumil,
askep anemia berat pdf,
asuhan keperawatan anemia pada bayi,
asuhan keperawatan anemia berat,
askep bayi anemia,
askep anemia defisiensi besi,
askep anemia pada bayi,
askep anemia ckd,
askep anemia,
contoh askep anemia sel sabit,
contoh askeb anemia ringan,
askep anemia pada ckd,
askep anemia dengan ckd,
askep anemia sickle cell
askep anemia pada pasien ckd
contoh askep anemia
contoh askep anemia pada anak
askep anemia download
askep anemia doc
askep anemia defisiensi besi pada anak
askep anemia dalam kehamilan
askep anemia defisiensi asam folat
askep anemia defisiensi besi pdf
askep anemia defisiensi fe
askep anemia defisiensi besi pada ibu hamil
askep anemia dengan melena
evaluasi askep anemia
askep anemia ec melena
askep anemia ec
askep anemia pro evaluasi
etiologi askep anemia
askep anemia asam folat
askep pemeriksaan fisik anemia
format askep anemia
askep anemia gravis pdf
askep anemia gravis pada anak
askep anemia gravidarum
askep anemia gangguan perfusi jaringan
askep anemia gordon
askep anemia gawat darurat
asuhan keperawatan anemia gravis pada anak
askep gadar anemia
askep gerontik anemia
askep anemia hemolitika
askep anemia hemolitik autoimun
askep anemia hemolitik pdf
askep anemia hemolitik pada anak
askep anemia hipokromik mikrositik
askep anemia hipoplastik
askep anemia hemolitik sel sabit
askep anemia heart disease
makalah askep anemia hemolitik
askep anemia ibu hamil
askep anemia inflamasi
askep anemia intervensi
askep anemia pada ibu hamil scribd
asuhan keperawatan anemia ibu hamil
askep implementasi anemia
askep anemia pada ibu hamil pdf
askep anemia pada ibu hamil menurut nanda
askep anemia pada ibu post partum
askep anemia pada ibu nifas
jurnal askep anemia defisiensi zat besi
askep anemia ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
jurnal askep anemia
jurnal askep anemia pdf
jurnal askep anemia pada anak
jurnal askep anemia aplastik
askep anemia kehamilan
askep anemia kronik
askep anemia kronis
askep anemia kasus
askep anemia karena perdarahan
askep anemia kekurangan zat besi
askep anemia keluarga
askep kritis anemia
askep kasus anemia pdf
askep anemia lengkap dengan analisa data
askep anemia lansia
askep lengkap anemia pada anak
askep anemia yang lengkap
asuhan keperawatan anemia lengkap
askep lengkap anemia aplastik
askep lk anemia
askep lp anemia
askep anemia megaloblastik
askep anemia megaloblastik pada anak
askep anemia menurut nic noc
askep anemia menurut nanda nic noc
askep anemia melena
askep anemia mikrositik hipokrom
askep anemia menurut nanda
askep anemia menurut doenges
askep anemia mikrositik
askep anemia megaloblastik pdf
askep anemia nanda nic noc pdf
askep anemia normositik normokrom
askep anemia nanda
askep anemia normositik
askep anemia nya
asuhan keperawatan anemia pada ny
asuhan keperawatan anemia nanda nic noc
asuhan keperawatan anemia nic noc
askep anemia pada orang dewasa
asuhan keperawatan anemia pada orang dewasa
askep anemia aplastik pada orang dewasa
askep anemia pada anak pdf
askep anemia pada lansia
askep anemia pada anak 2010
askep anemia ringan
askep anemia ringan pada ibu hamil
askep anemia renal
askep anemia rasional
askep resiko anemia
askep resume anemia
askep anemia pada remaja
askep ibu hamil dengan anemia ringan
contoh askep anemia pada remaja
askep anemia sel sabit
askep anemia sedang
askep anemia scribd
askep anemia secara umum
askep anemia sedang pada ibu hamil
askep anemia sel sabit pdf
askep anemia soap
askep anemia sekunder
askep anemia thalasemia
askep anemia terbaru
askep anemia tn
lp dan askep teori anemia
asuhan keperawatan anemia tn
askep tentang anemia
askep teoritis anemia
askep teori anemia
askep tentang anemia aplastik
askep teoritis anemia pada anak
asuhan keperawatan untuk anemia
askep untuk anemia
askep anemia defisiensi vitamin b12
www.askep anemia
asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan anemia pdf
asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil
asuhan keperawatan anemia nanda nic noc
asuhan keperawatan anemia pada orang dewasa
asuhan keperawatan anemia defisiensi zat besi
asuhan keperawatan anemia pada ny
asuhan keperawatan anemia aplastik
asuhan keperawatan anemia pada anak
asuhan keperawatan anemia gravis
asuhan keperawatan anemia aplastik pdf
asuhan keperawatan anemia aplastik pada anak
asuhan keperawatan anemia aplastik 2010
asuhan keperawatan anemia anak
makalah asuhan keperawatan anemia aplastik
asuhan keperawatan pada klien anemia aplastik
asuhan keperawatan penyakit anemia pada anak
asuhan keperawatan anemia pada anak pdf
asuhan keperawatan anemia berat
asuhan keperawatan anemia pada bayi
diagnosa keperawatan anemia berat
diagnosa keperawatan anemia berhubungan dengan
asuhan keperawatan anemia zat besi
asuhan keperawatan anemia defisiensi besi pdf
diagnosa keperawatan anemia defisiensi besi
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia berat
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia defisiensi besi
contoh asuhan keperawatan anemia pdf
contoh asuhan keperawatan anemia
contoh kasus asuhan keperawatan anemia
contoh asuhan keperawatan pasien anemia
contoh asuhan keperawatan penyakit anemia
asuhan keperawatan anemia defisiensi besi
asuhan keperawatan anemia dalam kehamilan
asuhan keperawatan anemia doc
asuhan keperawatan dengan anemia
asuhan keperawatan dengan anemia aplastik
diagnosa keperawatan dengan anemia
diagnosa keperawatan dari anemia
asuhan keperawatan anemia gravis pada anak
diagnosa keperawatan anemia gravis
asuhan keperawatan pada anemia gravis
asuhan keperawatan pada pasien anemia gravis
diagnosa keperawatan pada anemia gravis
laporan pendahuluan asuhan keperawatan anemia gravis
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia gravis
asuhan keperawatan pada anak dengan anemia gravis
asuhan keperawatan gawat darurat anemia
asuhan keperawatan anemia hemolitik
asuhan keperawatan pada pasien anemia hemolitik
diagnosa keperawatan anemia hemolitik
asuhan keperawatan anemia ibu hamil
asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil pdf
diagnosa keperawatan anemia ibu hamil
asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil anemia
asuhan keperawatan keluarga dengan anemia pada ibu hamil
asuhan keperawatan anemia pada ibu post partum
jurnal asuhan keperawatan anemia
jurnal asuhan keperawatan anemia aplastik
asuhan keperawatan anemia kronik
asuhan keperawatan anemia kronis
diagnosa keperawatan anemia pada kehamilan
asuhan keperawatan keluarga tentang anemia
asuhan keperawatan kasus anemia
asuhan keperawatan keluarga anemia
asuhan keperawatan anemia pada kehamilan
asuhan keperawatan pada klien anemia
asuhan keperawatan anemia lengkap
asuhan keperawatan anemia pada lansia
laporan asuhan keperawatan anemia
laporan pendahuluan asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan lansia dengan anemia
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan pada lansia dengan anemia
asuhan keperawatan anemia melena
asuhan keperawatan anemia menurut nanda nic noc
asuhan keperawatan anemia megaloblastik
asuhan keperawatan anemia menurut nanda
asuhan keperawatan pada pasien anemia megaloblastik
diagnosa keperawatan anemia menurut nanda
makalah asuhan keperawatan anemia
makalah asuhan keperawatan anemia pada anak
makalah asuhan keperawatan anemia pdf
asuhan keperawatan anemia nic noc
diagnosa keperawatan anemia nic noc
diagnosa keperawatan anemia nanda nic noc
diagnosa keperawatan nanda anemia
asuhan keperawatan anemia post partum
asuhan keperawatan anemia ringan
rencana asuhan keperawatan pada anemia
rencana asuhan keperawatan anemia
diagnosa keperawatan resiko anemia
asuhan keperawatan anemia sel sabit
asuhan keperawatan anemia secara teori
standar asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan anemia tn
asuhan keperawatan anemia terbaru
asuhan keperawatan tentang anemia
asuhan keperawatan teoritis anemia
diagnosa keperawatan tentang anemia
teori asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan tentang penyakit anemia
tinjauan kasus asuhan keperawatan anemia
asuhan keperawatan anemia pada tn
asuhan keperawatan untuk anemia
diagnosa keperawatan untuk anemia
woc askep anemia
askep anemia wordpress
askep anemia pada wanita hamil
askep anemia zat besi
asuhan keperawatan anemia zat besi
askep anemia defisiensi zat besi pada anak
askep anemia 2017
askep anemia 2010
askep anemia 2015
askep anemia 2014
askep anemia 2013
asuhan keperawatan anemia aplastik 2010
askep anemia gravis 2010
Obat Hernia
Cara Mengobati Buah Zakar Besar Sebelah
CaraMengobatiHerniapadaBayi
Obat Hidrokel
Obat Herbal Hernia
Obat Turun Berok
Obat Hernia Bayi
Obat Hernia Anak
Obat Hidrokel Anak
Cara Menyembuhkan Hidrokel
Baja Ringan Tangerang
Penjual Baja Ringan di Tangerang
Mengenali penyebab Jantung bengkak
Agar Cepat terindex Google
Do’a Ulang Tahun Terlengkap
Apa Hukum Cadar Menurut 4 Madzhab.?
askep anemia hemolitik 2010