ASUHAN KEPERWATAN ANAK DENGAN BLBR
Ingat, Makalah yang kami share hanya sebagai bentuk referensi saja. Silahkan cari referensi dari sumber lainnya.
Download Klink Di Sini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi
lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor
dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan
konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya
karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas,
jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masadepan.
BBLR
yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi
yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat
agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut
berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung
pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu
penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis
bahas pada BAB berikutnya.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk
mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan
pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
b.
Mampu merumuskan
diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada bayi dengan berat
badan lahir rendah
c.
Mampu merumuskan
perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan dan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
d.
Mampu melakukan
evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada bayi
dengan bayi berat badan lahir rendah
e.
Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
C.
Sistematika
Pembuatan Makalah
Untuk lebih
sistematis dan terarah maka sistematika penulisan makalah ini terdiri dari enam
bab yaitu
1.
BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar
belakang masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan makalah.
2.
BAB II : KONSEP DASAR, meliputi konsep dasar
teoritis yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
tanda / gejala-gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostik
serta konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
3.
BAB III : TINJAUAN KASUS, yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
4.
BAB IV : PEMBAHASAN, menguraikan tentang
permasalahan dan kesenjangan antara tinjauan teoritis pada bab II dan tinjauan
kasus pada bab III.
5.
BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan
saran-saran yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah
Bayi Berat Lahir Rendah .
6.
DAFTAR PUSTAKA,
meliputi literatur buku yang menjadi landasan teori dan terdiri dari beberapa
literature yang mutakhir dalam 10 tahun terakhir
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bayiberat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur
murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan
BB sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB
seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto,
2008)
B.
Etiologi
1. Faktor
Ibu
a.
Penyakit,
penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis
akut.
b.
Usia ibu, angka
kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c.
Keadaan sosial
ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d.
Sebab lain,
karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor
Janin
Faktor janin
diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan di
antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.
(Suryadi
dan Yuliani, 2006 )
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang
baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem
pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil
berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering
merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature
adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas
bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu
inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan
dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami
rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain
yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen
dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system
termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh
(Ngastiyah,
2005)
A.
Pathways
B. Manifestasi
Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1.
Berat kurang
dari 2500 gram
2.
Panjang kurang
dari 45 cm
3.
Lingkar dada
kurang dari 30 cm
4.
Lingkar kepala kurang
dari 33 cm
5.
Umur kehamilan
kurang dari 37 minggu
6.
Kepala lebih
besar
7.
Kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8.
Otot hipotonik
lemah
9.
Pernapasan tak
teratur dapat terjadi apnea
10.
Eksremitas :
paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11.
Kepala tidak
mampu tegak
12.
Pernapasan 40 –
50 kali / menit
13.
Nadi 100 – 140
kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
C.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan
glucose darah terhadap hipoglikemia
2.
Pemantauan gas
darah sesuai kebutuhan
3.
Titer Torch
sesuai indikasi
4.
Pemeriksaan kromosom
sesuai indikasi
5.
Pemantauan
elektrolit
6.
Pemeriksaan
sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah,
2005)
D. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat
lahir rendah antara lain yaitu :
1.
Hipotermia.
2.
Hipoglikemia.
3.
Gangguan cairan
dan elektrolit.
4.
Hiperbilirubinemia.
5.
Sindroma gawat
nafas (asfiksia).
6.
Paten suktus
arteriosus.
7.
Infeksi.
8.
Perdarahan
intraventrikuler.
9.
Apnea of
prematuruty.
10.
Anemia
Komplikasi pada masa
berikutnya yaitu :
1.
Gangguan
perkembangan.
2.
Gangguan
pertumbuhan.
3.
Gangguan
penglihatan (retionopati).
4.
Gangguan
pendengaran.
5.
Penyakit paru
kronis.
6.
Kenaikan angka
kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7.
Kenaikan
frekuensi kelainan bawaan.
E.
Penatalaksanaan
Menurut
Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin
kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2.
Pelestarian suhu tubuh
Bayi
dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara
35,50 C s/d 370 C.
Bayi
berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram
3.
Inkubator
Bayi
dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang
lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4.
Pemberian oksigen
Ekspansi
paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan
5.
Pencegahan infeksi
Bayi
preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua
asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.
6.
Pemberian makanan
Pemberian
makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia
dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
7.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari
|
Jmlh
ml/kg BB
|
1
|
50-
65
|
2
|
100
|
3
|
125
|
4
|
150
|
5
|
160
|
6
|
175
|
7
|
200
|
14
|
225
|
21
|
175
|
28
|
150
|
F. Pengkajian Fokus
1.
Sirkulasi :
Nadi
apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten
(PDA).
2.
Makanan/cairan
Berat
badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3.
Neuroensori
Tubuh panjang,
kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya
dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau
terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung
usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi
refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi
minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan
37.
4.
Pernafasan
Skor apgar
mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis
mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom
distress pernafasan (RDS).
5.
Keamanan
Suhu
berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin
ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
6.
Seksualita
Genetalia :
Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada
pada skrotum.
(IDAI,
2004)
G. Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidakefektifan
jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
2. Resiko
hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko
tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
4. Resiko
tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah,
2005)
H. Intervensi
Keperawatan
NO
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1.
2.
3.
4.
|
Setelah
mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan jalan nafas(nafas efektif)
Kriteria
Hasil :
§
Akral hangat
§
Tidak ada sianosis
§
Tangisan aktif dan kuat
§
RR : 30-40x/mt
§
Tidak ada retraksi otot pernafasan
Setelah
mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan hipotermi
Kriteria
Hasil :
§
Badan hangat
§
Suhu : 36,5-37oC
Setelah
mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria
Hasil :
§
Tidak ada tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)
§
Suhu tubuh normal (36,5-37oC)
Setelah
tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria
Hasil :
§
Diet yang diberikan habis tidak ada residu
§
Reflek menghisap dan menelan kuat
§
BB meningkat 100 gr/3hr.
|
1.1.
Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi )
1.2.
Atur posisi kepala lebih tinggi
1.3.
Monitor keefektifan jalan nafas, kalau kerlu
lakukan suction.
1.4.
Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam
1.5.
Perthankan pemberian O2
1.6.
Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat
1.7.
Kolaborasii untuk X foto thorax
2.1.
Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan
37oC
2.2.
Beri popok dan selimut sesuai kondisi
2.3.
Ganti segera popok yang basah oleh urine atau
faeces
2.4.
Hindarkan untuk sering membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolisme
2.5.
Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
3.1.
Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)
3.2.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
3.3.
Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat
masuk ruang bayi dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan
3.4.
Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat
3.5.
Pastikan alat yang kontak dengan bayi
bersih/steril
3.6.
Berikan antibiotika sesuai program
3.7.
Lakukan perawatan tali pusat setiap hari
4.1.
Kaji refleks menghisap dan menelan
4.2.
Monitor input dan output
4.3.
Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin
4.4.
Sendawakan bayi sehabis minum
4.5.
Timbang BB tiap hari.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian
dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 08.00 WIB
1.
Identitas Data
a.
Nama : By. Ny. U
b.
Alamat : Jembangan Kec.
Sukolilo Kab. Pati
c.
Tanggal Lahir/
Umur : 16 Oktober 2014/ 1 Hari
d.
Jenis Kelamin : Perempuan
e.
Agama : Islam
f.
No. Register : 302468
g.
Tanggal Masuk/
Jam : 16 Oktober 2014 jam 15.00
h.
Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR,
Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a.
Nama Ayah : Tn. W
b.
Pendidikan : SMA
c.
Pekerjaan : Wiraswasta
d.
Nama Ibu : Ny. U
e.
Pendidikan : SMA
f.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2.
Keluhan Utama
Bayi
menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu
1060 gram.
3.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Bayi
lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD Kota Semarang secara spontan diusia
kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah
lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6
(asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi
untuk mendapat tindakan lebih lanjut.
4.
Riwayat
Kehamilan dan Kelahiran
a.
Pre Natal
Ibu
klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan tiap 2 bulan
sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P :
1 A : 2.
b.
Intra Natal
Bayi
lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban pecah
sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB.
Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.
c.
Post Natal
Setelah
kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2 dengan
resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas
tidak teratur.
5.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
a.
Genogram
Keterangan
=
Laki-laki =
Pasien
=
Perempuan =
Tinggal serumah
6.
Riwayat Sosial
a.
Yang Merawat
Saat ini klien
diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali ibu klien
menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b.
Hubungan dengan
Keluarga
Ibu klien bisa
mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung mskipun bayi dalam
incubator, sedangkan ayahnya tidak boleh melihat bayinya karena sudah aturan
dari pihak rumah sakit.
1.
Pola Sehari-hari
a.
Nutrisi dan
Metabolisme
Saat ini pasien
mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30 cc melalui
selang OGT
b.
Eliminasi Urine
dan Feses
Klien BAB ± 3-5x
sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau khas feses bayi. BAK
menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c.
Istirahat dan
Tidur
Klien terlihat
sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB dan BAK,
rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d.
Peran dan
Hubungan
Keluarga mengatakan
anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan selama ini ibu bayi menengok
keruang perinatologi
e.
Toleransi Stress
dan Koping
Klien menangis
saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
2.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis
lemah,
perawatan dalam inkubator
b.
Tanda-tanda
Vital
-
Nadi : 132 x per menit
-
Pernafasan : 40 x per menit
-
Suhu : 36,2°C
c.
Antropometri
-
Panjang Badan : 34 cm
-
Berat Lahir : 1060 gram
-
Lingkar Dada : 26 cm
-
Lingkar Kepala : 23 cm
d.
Kepala : Fontanel anterior
lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e.
Mata : Simetris
antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f.
Hidung : Terpasang C-PAP
Ventilator 2 lt/menit
g.
Mulut : Reflek hisap
belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h.
Telinga : Simetris kanan dan
kiri, tidak ada luka
i.
Dada : Tidak ada
luka, warna kecoklatan
j.
Jantung
-
Inspeksi : Tampak ictus cordis
-
Palpasi : Ictus
cordis teraba dengan getaran
-
Perkusi : Tak terkaji
-
Auskultasi : BJ I & II regular, tidak
terdengar gallop
k.
Paru
-
Inspeksi : Gerakan pernafasan
kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
-
Palpasi : Rabaan
gerak pernafasan simetris
-
Perkusi : Redup/ Dullness
-
Auskultasi : Ronchi
l.
Abdomen
-
Inspeksi : Pusar insersi ditengah,
buncit, terpasang
infus umbilical
-
Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per
memit
-
Palpasi : Lunak,
tidak ada pembesaran hati/limfa
-
Perkusi : Tympani
m.
Punggung : Bentuk tulang
belakang semi fleksi
n.
Genetalia : Jenis kelamin
perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o.
Ekstremitas
-
Atas : Lengkap, tidak ada
kelainan
-
Bawah : Lengkap,
tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p.
Kulit : Warna kulit
coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
3.
Therapi
-
PO Ferlin drop
1x0.3cc
-
O2 nasal kanul
0.5 liter/menit
-
Susu formula
BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
-
Termoregulasi
incubator suhu 34°C
-
Infuse umbilical
5%
4.
Data Penunjang
Laboratorium
tanggal 16-10-2014
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Normal
|
Hematologi
|
|||
Hemoglobin
|
15.9
|
g/Dl
|
12.0-16.0
|
Hematokrit
|
49.50
|
%
|
37-47
|
Jumlah
Eritrosit
|
4.14
|
/Ul
|
4.2-5.4
|
Jumlah Lekosit
|
24.7
|
/Ul
|
4.8-10.8
|
Jumlah
Trombosit
|
249
|
10^3/ul
|
150-400
|
Kimia Klinik
|
|||
Natrium
|
137.0
|
mmol/L
|
134.0-147.0
|
Kalium
|
5.30
|
mmol/L
|
3.50-5.20
|
Calsium
|
1.20
|
mmol/L
|
1.12-1.32
|
A.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1
|
DS : -
DO :
- Akral
sedikit dingin
- Lahir
premature 30 minggu
- BBLRS 1060
gram
- Suhu tubuh
36,2°C
- Perawatan
dalam inkubator
|
Resiko hipotermi
|
Jaringan lemak subkotis tipis
|
2
|
DS : -
DO :
- Keadaan
umum lemah
- Lahir
premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh
36,2°C
- Lekosit
24.7/uL
|
Resiko Infeksi
|
Prematuritas dan system imun
yang tidak adekuat
|
3
|
DS : -
DO :
- Terpasang
selang OGT
- Reflek
hisap lemah
- BB 1060
gram
- Terpasang
infus umbilical D5%
|
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
|
4
|
DS : -
DO :
- Terpasang ventilator 2lt/menit
- RR
40x/menit
- Perkusi
paru dullness
- Auskultsi
paru ronkhi
|
Ketidakefektifan jalan
nafas
|
Penumpukan
cairan di rongga paru
|
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO
|
TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
PARAF
|
1
|
17/10/2014
|
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
|
|
2
|
17/10/2014
|
Resiko hipotermi berhubungan
dengan jaringan subkotis tipis
|
|
3
|
17/10/2014
|
Ketidakefektifan nutrisi :
kurang darin kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
|
|
4
|
17/10/2014
|
Resiko infeksi berhubungan
dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat
|
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
TT
|
||
TUJUAN
|
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
|||
1
|
Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan
ekspansi paru
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam jalan
nafas adekuat, dengan kriteria hasil :
-
Pernafasan adekuat 16-30 x/menit
-
Perkusi paru sonor
-
Auskultasi vesikuler
-
Tidak ada penumpukan cairan di paru
|
-
Observasi TTV, cuping hidung, retraksi dada
-
Berikan terapi O2 2lt/menit
-
Posisikan klien semi fowler
-
Jaga kepatenan jalan nafas : suction
|
-
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan
-
Mensuplai O2 dalam tubuh
-
Memberikan rasa nyaman klien
-
Jalan nafas tidak ada sumbatan
|
|
2
|
Resiko hipotermi berhubungan
dengan jaringan subkotis tipis
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam hipotermi tubuh stabil , dengan kriteria hasil :
-
Suhu tubuh normal 36-37,5°C
-
Akral hangat
-
Bayi tidak menggigil
|
-Pantau suhu setiap 3 jam
sekali
-Atur suhu incubator sesuai indikasi
-Hindarkan bayi kontak langsung
dengan sumber dingin/panas
-Ganti popok bila basah
|
-
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan
-
Mengikuti program yang dianjurkan
-
Menjaga kenyamanan klien
|
|
3
|
Ketidakefektifan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 kebutuhan nutrisi terpenuhi , dengan kriteria hasil :
-
BB seimbang 2500-3500 gram
-
Reflek hisap kuat
-
Intake ASI adekuat
|
-
Monitor BB klien
-
Pasang selang OGT
-
Kaji kemampuan reflek hisap
-
Monitor asupan intake dan output cairan
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
|
-
mengetahui perkembangan nutrisi bayi
-
membantu suplai nutrisi untuk tubuh
-
indikasi bayi mampu menyerap nutrisi
-
mengatur keseimbangan cairan pada klien
-
asupan nutrisi bayi bisa tercukupi
|
|
4
|
Resiko infeksi berhubungan
dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
-
Tidak ada tanda tanda infeksi
-
Jumlah lekosit dalam batas normal 5000-10000
|
-
Pantau tanda gejala infeksi : suhu, lekosit,
penurunan BB
-
Batasi jumlah pengunjung
-
Gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan
klien
-
Bersihkan incubator secara berkala
-
Berikan anti biotik sesuai advis dokter
|
-
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan
-
Memberi kenyamanan pada klien
-
Agar tidak terjadinya infeksi pada klien
-
Menjaga incubator tetap terjaga kebersihannya
-
Mencegah penyebaran infeksi
|
D.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
NO
DX
|
TANGGAL
JAM
|
TINDAKAN
|
RESPON
KLIEN
|
TT
|
1,2,3,4
1
1
2
3
4
|
17 Okt 2014
08.00
09.00
10.00
10.30
11.00
12.00
|
- Mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi
dada
-Memberikan
terapi O2 2ltr/menit
-Memposisikan
semi fowler
-Memantau
suhu klien
-Memonitor
BB klien
-Membersihkan
incubator secara berkala
|
S : -
O : Nadi : 132x/mnt , RR :
40x/mnt , S : 36,2
S : -
O : klien tampak terpasang ventilator
O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98%
S : -
O: klien tampak nyaman dengan
posisi semi fowler
S : -
O : Suhu klien 36,2
S : -
O : BB : 1060 gram , LD : 26 cm
, PB : 34cm , LK : 23cm
S : -
O : Incubator tampak bersih
|
|
3
|
14.00
|
-mengkaji reflek hisap
|
S : -
O : Reflek hisap klien tampak
lemah
|
|
3
|
15.00
|
-memasang selang OGT
|
S : -
O : Terpasang selang OGT pada
klien
|
|
3
|
18.00
|
-mengkolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
|
S : -
O : klien mendapat diit susu
30cc/OGT
|
|
1
|
18
oktober 2014
03.00
|
-
memberikan terapi O2 2lt/menit
|
S : -
O : klien tampak terpasang ventilator
O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 88%
|
|
1
|
05.00
|
- menjaga
kepatenan jalan nafas : suction
|
S : -
O : Cairan dalam tabung suction
tampak jernih
|
|
1,2,3,4
|
10.00
|
- mengobservasi
ttv,cuping hidung retraksi dada
|
S : -
O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR : 48/menit
|
|
4
|
10.15
|
-
memberikan
anti biotik sesuai advis dokter
|
S : -
O : klien mendapat terapi PO
Ferlin drop 1x0,3cc
|
|
3
|
12.00
|
-
mengkaji kemampuan reflek hisap
|
S : -
O : reflek hisapklien masih
tampak lemah
|
|
2
|
13.00
|
-
mengatur suhu incubator sesuai
indikasi
|
S : -
O : Terlihat suhu incubator
klien 34oC
|
|
4
|
17.00
|
-
membatasi jumlah pengunjung
|
S :-
O : tampak hanya ada satu
pengunjung di ruangan
|
|
3
|
17.30
|
-
Memonitor
asupan intake dan output cairan
|
S : -
O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak ada residu
|
|
3
|
20.00
|
- mengkolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
|
S : -
O : klien mendapat diit susu
BBLR 30cc/OGT
|
|
1,2,3,4
|
19
oktober 2014
10.00
|
- mengobservasi
ttv,cuping hidung retraksi dada
|
S : -
O : suhu : 36,4oC , nadi :
100x/menit RR : 45x/menit
|
|
1
|
10.20
|
-
Memberikan terapi O2 2ltr/menit
|
S : -
O : klien masih tampak
terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan SPO2 90%
|
|
2
|
12.00
|
-
Mengganti popok bila basah
|
S : ( klien menangis)
O : klien tampak menangis saat
popoknya diganti
|
|
4
|
12.15
|
-
menggunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
|
||
4
|
12.40
|
-
memberikan anti biotik sesuai advis
dokter
|
S : -
O : klien terpasang infus
umbilical 5% dengan teraphi PO Ferlin drop 1x0,3cc
|
|
3
|
14.00
|
-
mengkolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
|
S : -
O : klien masih terpasang OGT
dengan diit 30cc
|
|
E.
EVALUASI
NO
DX
|
TANGGAL
JAM
|
EVALUASI
|
TT
|
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
|
17-10-2014
14.00
14.00
14.00
14.00
18-10-2014
14.00
14.00
14.00
14.00
19-10-2014
14.00
14.00
14.00
14.00
|
S : -
O :
Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan SPO2 98% ,
auskultasi paru : ronchi
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Berikan terapi O2 2lt/m
-
Jaga kepatenan jalan napas (suction)
-
Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
-
Posisikan klien semi fowler
S : -
O :
Suhu : 36,2
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Atur suhu incubator sesuai indikasi
-
Pantau suhu setiap 3 jam sekali
-
Ganti popok bila basah
-
Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
S : -
O :
BB : 1060gram
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Monitor BB klien
-
Monitor asupan intake dan output cairan
-
Kaji kemampuan reflek hisap
-
Pasang selang OGT
-
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
S : -
O
: Hasil leukosit klien 24.7
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
-
berikan antibiotic sesuai advis dokter
-
batasi jumlah pengunjung
-
gunakan tekhnik aseptic selama berinteraksi dengan
klien
S : -
O :
Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Berikan terapi O2 2lt/m
-
Jaga kepatenan jalan napas (suction)
-
Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
-
Posisikan klien semi fowler
S : -
O :
Suhu : 36oC
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Atur suhu incubator sesuai indikasi
-
Pantau suhu setiap 3 jam sekali
-
Ganti popok bila basah
-
Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
S : -
O :
Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Monitor BB klien
-
Monitor asupan intake dan output cairan
-
Kaji kemampuan reflek hisap
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
S : -
O :
Leukosit 24.7
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
-
berikan antibiotic sesuai advis dokter
-
gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan
klien
-
bersihkan incubator secara berkala
S : -
O :
Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan SPO2 90% ,
auskultasi : ronchi
A :
Masalah teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
-
Berikan terapi O2 2lt/
-
Jaga kepatenan jalan napas (suction)
-
Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
-
Posisikan klien semi fowler
S :-
O :
Suhu 36,4oC
A
: Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
-
Atur suhu incubator sesuai indikasi
-
Pantau suhu setiap 3 jam sekali
-
Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
-
Ganti popok bila basah
S :-
O :
Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Monitor BB klien
-
Monitor asupan intake dan output cairan
-
Kaji kemampuan reflek hisap
-
Pasang selang OGT
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
S :
O :
Hasil leukosit 24,7
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
-
berikan antibiotic sesuai advis dokter
-
batasi jumlah pengunjung
-
gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan
klien
-
bersihkan incubator secara berkala
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang kesenjangan antara tinjauan teori
dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan pada By. Ny. U dengan BBLR, Asfiksia
di Ruang Nakula IV RSUD Kota Semarang. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok akan membahas secara
lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober
- 19 Oktober 2014.
Diagnosa yang muncul
Penulis
melakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 17 Oktober 2014 pada pukul 08.00
WIB diruang Nakula IV RSUD Kota Semarang. Pada bab pembahasan ini kelompok akan
melakukan penjelasan tentang Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. U dengan Diagnosa BBLR,
Asfiksia. kelompok akan menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan
dengan teori serta dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang
berbeda.
Dari teori
diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini didukung oleh data pasien
yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit Sekarang Bayi menangis lemah, reflek
hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram.
Dari masalah
yang dialami klien, kelompok menetapkan 4 diagnosa untuk mengatasi masalah yang
klien rasakan yaitu yang pertama Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru, penurunan ekspansi paru, yang kedua Resiko
hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis tipis, yang ketiga
Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi, dan yang ke empat Resiko
infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat
Diagnosa
Prioritas utama yang kelompok ambil adalah Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan ekspansi paru
1.
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru.
Menurut
buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan
jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru adalah ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi
saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih. Pada bayi prematur
dan bblr biasanya sistem pernafasan belum matang sehingga pernafasan belum
sempurna ditambah ketuban pecah sebelum kelahiran beresiko masuk kedalam paru
bayi yang berakibat pada saat pemeriksaan fisik paru akan didapatkan suara ronchi.
Batasan
karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi atau weezing),
perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan sianosis, penurunan suara nafas,
sputum berlebih, gelisah serta mata terbelalak.
Intervensi
yang kelompok ambil yaitu:
Observasi TTV :
cuping hidung, retraksi dada, Berikan terapi O2 2lt/menit, Posisikan klien semi
fowler, Jaga kepatenan jalan nafas : suction Kemudian implementasi
yang kelompok lakukan sesuai dengan intervensi selama 3 hari 3x24 jam adalah: mengobservasi TTV : cuping
hidung, retraksi dada, memberikan terapi O2 2lt/menit, memposisikan klien semi
fowler, menjaga kepatenan jalan nafas : suction Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok
mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu: dari
data objektif klien masih menangis lemah, RR 44x/ menit, SPO2 98%.
1. Resiko
hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
Menurut
buku diagnosa Nanda tahun 2012, hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis adalah suhu tubuh dibawah
rentang normal akibat jaringan lemak dibawah subkutis sangat tipis. Karena cadangan lemak di subkutis pada bayi prematur
dan bblr kurang, maka tubuh tidak dapat menyimpan panas yang berakibat mudah
kehilangan panas sehingga menyebabkan hipotermi.
Batasan
karakteristik : kulit dingin, bantalan kuku sianosis, hipertensi, pucat,
merinding, penurunan suhu dibawah rentang normal, menggigil, pengisian ulang
kapiler lambat, takikardia.
Intervensi
yang kelompok ambil yaitu : Pantau
suhu setiap 3 jam sekali, Atur suhu incubator
sesuai indikasi, Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas, Ganti popok bila basah. Kemudian implementasi yang
kelompok lakukan, sudah sesuai dengan intervensi dan dilaksanakan selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014
pukul 14.00 yaitu : dari data subjektif ditemukan data Suhu 36,4Oc
2. Ketidakefektifan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
Menurut
buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi adalah Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic. Pada bayi prematur
dan bblr biasanya ditemukan reflek menelan dan hisap yang belum sempurna
sehingga intake nutrisi yang dibutuhkan tubuh menjadi terganggu, maka
terjadilah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Batasan karakteristik menolak makan, kurangnya makanan, diare, bising usus hiperaktif, kurangnya
minat terhadap makanan,membrane mukosa pucat. Intake tidak adekuat menyebabkan
nutrisi kurang karena apabila masukan makanan klien tidak adekuat maka nutrisi
yang masuk tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolismenya sehingga terjadi
kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Data yang terdapat dalam teori
dan data yang diperoleh dari klien
terdapat kesesuain atau tidak ditemukan kesenjangan, hal ini dibuktikan
dengan data refles hisap pada klien
belum ada, dank lien hanya bisa mengabsorbsi nutrisi melalui selang OGT. Diagnosa
tersebut menjadi prioritas ketiga karena Apabila kebutuhan nutrisi kurang terus
menerus dan tidak segera ditangani pasien akan menimbulkan penurunan penyaluran
oksigen ke jaringan karena Hb terus menurun.
Intervensi
yang kelompok ambil yaitu : Monitor
BB klien, Pasang selang OGT, Kaji kemampuan reflek hisap, Monitor asupan intake
dan output cairan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi dan
kelompok sudah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014
pukul 14.00 yaitu: reflek hisap bayi masih lemah, selang OGT masih terpasang
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat
Menurut
buku diagnose NANDA 2012, Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan
system imun yang tidak adekuat adalah beresiko terhadap invasi organisme
pathogen. Karena pada bayi
prematur dan bblr sistem imun sebagai pertahanan atau kekebalan tubuh yang
belum adekuat akan menyebabkan mudahnya virus/bakteri akan masuk kedalam tubuh
dan terjadilah infeksi. Pada data pengkajian ditemukan tanda-tanda resiko
infeksi pada klien meliputi : kadar leukosit diatas normal yaitu 24,7/uL.
Batasan
Kharakteristik : penekanan system imun, pertahanan sekunder yang tidak memadai
(HB turun Leukositopenia, dan supresi respon inflamasi), malnutrisi, ketuban
pecah, kerusakan jaringan,trauma.
Intervensi
yang kelompok ambil yaitu : Pantau
tanda gejala infeksi : suhu, lekosit, penurunan BB,
Batasi jumlah
pengunjung, Gunakan
teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien, Bersihkan incubator secara
berkala,
Berikan anti biotik
sesuai advis dokter dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai
intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014
pukul 14.00 yaitu: dari data subyektif kadar lekosit 24.7
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis
menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram,
tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan
bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya bayi. Semakin
kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C
s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300
C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir
rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
Ekspansi
paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai
system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Pemberian
makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia
dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
B. Saran
-
Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa
keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR
baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan
asuhan keperawatannya.
-
Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali
kembali tentang BBLR. Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.
-
Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa
keperawatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi BBLR.
DAFTAR
PUSTAKA
Ngastiyah.
2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU
KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket
Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) :
Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith
M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
9. Jakarta : EGC.
Suriyadi,
Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2.
Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter,
P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
asuhan keperawatan anak bblr,
asuhan keperawatan anak dengan bblr,
asuhan keperawatan pada anak bblr,
asuhan keperawatan pada anak dengan bblr,
asuhan keperawatan anak bblr,
asuhan keperawatan anak dengan bblr,
asuhan keperawatan pada anak bblr,
asuhan keperawatan pada anak dengan bblr,
asuhan keperawatan bblr doc
asuhan keperawatan bblr
asuhan keperawatan bblr pdf
asuhan keperawatan bblr aplikasi nanda
asuhan keperawatan bblr scribd
asuhan keperawatan bblr lengkap
asuhan keperawatan bblr nic noc
asuhan keperawatan bblr ppt
asuhan keperawatan bblr aplikasi nanda nic noc
askep bblr aplikasi nanda nic noc
askep bblr asfiksia
askep bblr adalah
askep bblr analisa data
askep bblr anak
asuhan keperawatan bblr aplikasi nanda
asuhan keperawatan anak bblr
askep bblr asfiksia sedang
askep bblr bayi berat rendah
askep bblr bayi
askep bayi bblr pdf
asuhan keperawatan bayi bblr
asuhan keperawatan bblr doc
askep bblr di ruang perinatologi
askep bblr dengan asfiksia
askep bblr doc
askep bblr download
askep bblr dengan hipotermi
askep bblr dengan hiperbilirubin
askep bblr dan prematur
askep bblr dengan prematur
askep bblr dengan asfiksia sedang
askep bblr gemeli
askep gadar bblr
askep bblr hipotermi
askep bblr hiperbilirubinemia
askep bblr iugr
askep kasus bblr
askep keluarga bblr
askep keperawatan bblr
askep kebidanan bblr
askep konsep bblr
askep kti bblr
asuhan keperawatan kasus bblr
askep bblr lengkap
askep bblr lengkap dengan rasional
asuhan keperawatan bblr lengkap
askep lp bblr
askep bblr menurut nanda nic noc
askep bblr menurut nanda
askep bblr menurut who
askep bblr menurut nic noc
askep maternitas bbl
askep bblr nanda nic noc
askep bblr nic noc
askep bblr nicu
askep bblr neonatus
askep bblr nanda
askep bblr normal
askep bblr nanda nic noc pdf
asuhan keperawatan bblr nic noc
askep nyata bblr
askep pada bblr pdf
askep bblr pdf
askep bblr prematur
askep bblr pada bayi
askep bblr pada bayi pdf
askep bblr ppt
askep bblr pada bayi prematur
askep bblr pada bayi ny
askep bblr prematur murni
askep bblr pengkajian
askep bblr resiko infeksi
askep bblr scribd
asuhan keperawatan bblr scribd
askep bbl sc
askep bblr terbaru
askep teori bblr
askep teoritis bblr
askep tentang bblr
asuhan keperawatan teoritis bblr
asuhan keperawatan teori bblr
asuhan keperawatan tentang bblr
askep bblr word
askep bblr 2014
askep bblr 2010
askep bblr 2015
asuhan keperawatan anak bblr
asuhan keperawatan bayi bblr
diagnosa keperawatan bayi bblr
asuhan keperawatan dengan bblr
asuhan keperawatan kasus bblr
diagnosa keperawatan bblr menurut nanda
asuhan keperawatan neonatus bblr
diagnosa keperawatan bblr nanda nic noc
asuhan keperawatan bblr prematur
asuhan keperawatan bblr pada bayi
asuhan keperawatan pada bblr pdf
diagnosa keperawatan bblr pdf
asuhan keperawatan pasien bblr
makalah asuhan keperawatan bblr pdf
asuhan keperawatan teoritis bblr
asuhan keperawatan teori bblr
asuhan keperawatan tentang bblr
diagnosa keperawatan untuk bblr
Obat Hernia
Cara Mengobati Buah Zakar Besar Sebelah
CaraMengobatiHerniapadaBayi
Obat Hidrokel
Obat Herbal Hernia
Obat Turun Berok
Obat Hernia Bayi
Obat Hernia Anak
Obat Hidrokel Anak
Cara Menyembuhkan Hidrokel
Baja Ringan Tangerang
Penjual Baja Ringan di Tangerang
ASKEP ANEMIA
ASKEP ASMA BRONKIAL
Apa Hukum Cadar Menurut 4 Madzhab.?