Makalah Jual Beli | Download
Download Filenya
Ingat, Makalah yang kami share hanya sebagai bentuk referensi saja. Silahkan cari referensi dari sumber lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, yakni
tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi
segala kebutuhan hidupnya. Terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, baik
dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun sering kali
dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui kecurangan-kecurangan dalam
urusan muamalah ini dan merugikan masyarakat. Untuk menjawab segala problema
tersebut. Agama memberikan peraturan dan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada
kita yang telah diatur sedemikian rupa dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan tentunya
untuk kita pelajari dengan sebaik-baiknya pula agar hubungan antar manusia
berjalan dengan lancar dan teratur.
Jual beli adalah kegiatan tukar menukar
barang dengan cara tertentu yang setiap hari pasti dilakukan namun kadang kala
kita tidak mengetahui apakah caranya memenuhi syara’ ataukah belum. Kita perlu
mengetahui bagaimana cara berjual beli menurut syari’at.
Oleh karena itu, dalam makalah ini
sengaja kami bahas mengenai jual beli, karena sangat kental dengan kehidupan
masyarakat. Disini pula akan dibahas mulai dari tata cara jual beli yang benar
sampai hal-hal yang di haramkan atau di
larang. Tujuannya untuk mempermudah praktek mu’amalah kita dalam kehidupan
sehari-hari dan supaya kita tidak mudah untuk terjerat dalam lingkaran
kecurangan yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Apa pengertian, hukum, rukun dan syarat
jual beli?
2. Apa saja macam-macam praktik dalam jual
beli?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk :
1. Mengetahui pengertian, hukum, rukun dan
syarat jual beli.
2. Mengetahui macam-macam praktek jual beli
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jual Beli
A.1 Pengertian Jual Beli
Jual beli atau
perdagangan dalam istilah fiqih disebut Al-ba’i yang menurit etimologi berarti
menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara bahasa dengan
menukar dan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba’i dalam bahasa Arab
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata as-Syira’ (beli).
Dengan demikian, kata al-Ba’i berarti jual, tetapi sekaligus membeli [1]
Secara terminologi,
terdapat beberapa definisi jual beli menurut sebagian ulama, antara lain :
a)
Ulama
Sayyid Sabiq
Beliau
mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar
saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Yang dimaksud harta dalam definisi tersebut yaitu segala yang dimiliki dan
bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat. Yang
dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian), sedangkan
yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun
fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
b)
Ulama
Hanfiyah
Ia
mendifinisikan bahwa jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain
melalui cara yang khusus. Yang dimaksud ulama Hanafiyah dengan kata-kata
tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan
barang dan harga dari penjual dan pembeli.
c)
Ulama
Ibn Qudamah
Menurutnya,
jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan
milik dan pemilikan. Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan pemilikan,
karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti
sewa menyewa.[2]
Dari
beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha diantara
kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan
disepakati.
A.2 Hukum Jual Beli
Jual
beli hukum asalnya ialah jaiz atau mubah/boleh (halal) berdasarkan dalil dari
Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ para ulama. Sebagaimana firman Allah dalam beberapa
ayat Al-Qur’an di bawah ini, yang artinya :
“...
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka dama suka diantara kamu....” (Qs. An-Nisa:29)
“Dan Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs.
Al-Baqoroh:275)
A.3 Rukun dan Syarat Jual Beli
1.
Penjual
dan pembeli, dengan syarat :
a.
Berakal,
agar tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
b.
Dengan
kehendak sendiri (bukan dipaksa)
c.
Baligh
(berumur 15 tahun ke atas/dewasa). Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi
belum dewasa, menurut pendapat sebagian ulama mereka diperbolehkan berjual beli
barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi
kesulitan dan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada
pemeluknya.
2.
Uang
dan benda yang dibeli, syaratnya ialah :
a.
Suci.
Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan,
seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.
b.
Ada
manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dilarang
pula mengambil tukarannya karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan
(memboroskan) harta yang terlarang
c.
Barang
itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat
diserahkan kepada yang membeli.
d.
Barang
itu diketahui oleh si penjual dan si pembeli. Zat, bentuk, kadar (ukuran), dan
sifat-sifatnya jelas sehingga antara penjual dan pembeli keduanya tidak saling
kecoh-mengecoh
3.
Akad
(ijab dan kabul)
Rukun
jual beli ada tiga, yaitu : akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad
(penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
Akad
ialah ikatan antara penjual dan pembeli,
jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan. Sebab, ijab
kabul menunjukan keridhaan.
B. Macam – Macam
Praktek Jual Beli
B.1 Praktek jual beli
yang dibolehkan
1. Jual
beli lelang
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَاعَ حِلْسًا وَقَدَحًا، وَقَالَ: «مَنْ يَشْتَرِي
هَذَا الحِلْسَ وَالقَدَحَ»، فَقَالَ رَجُلٌ: أَخَذْتُهُمَا بِدِرْهَمٍ، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ،
مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ»، فَأَعْطَاهُ رَجُلٌ دِرْهَمَيْنِ: فَبَاعَهُمَا
مِنْهُ
“Dari [Anas bin Malik]
berkata, "Seorang lelaki Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan meminta kepada Beliau. Maka beliau pun bertanya kepadanya:
"Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Ia menjawab, "Ya. Sebuah alas
pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi kami bentangkan, serta sebuah
gelas yang kami gunakan untuk minum air." Beliau bersabda:
"Berikanlah keduanya itu untukku." Anas berkata, "Orang itu
lantas membawa keduanya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengambilnya dengan tangannya, kemudian bersabda: "Siapa yang mau membeli
dua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, "Saya mau membelinya
dengan satu dirham! "Beliau bertanya lagi: "Siapa yang mau
menambahnya?" Beliau ulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu seorang
laki-laki berkata, "Saya akan membelinya dengan dua dirham." Lalu
Beliau memberikan tersebut kepadanya, kemudian meminta uang pembayarannya
seraya memberikannya kepada sahabat Anshar tadi.”
Syarah Al-Hadits
Jual beli lelang sudah dikenal sejak
zaman sahabat. Jual beli ini sering diistilahkan dengan jual beli Muzayadah,
artinya saling menambah. Karena umumnya penjual ketika membuka harga barang
yang dilelang, dia mengatakan, man yazid? artinya “siapa yang mau menambah
harga?”
Berikut diantara dalil yang menunjukkan
bahwa jual beli lelang telah dikenal di masa sahabat,
Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu,
Suatu ketika ada seorang Anshar
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengeluhkan keadaannya karena
tidak punya uang.
“Kamu tidak punya barang apapun?” tanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Orang inipun mengambil sedel pelana dan
gelas.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menawarkan kepada para sahabat,
ﻳَﺰِﻳﺪُ
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺑِﺪِﺭْﻫَﻢﺁﺧُﺬُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻞﺟْﺭَُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺬَﻳْﻦِﻫ ﺸْﺘَﺮِﻱ ﻣَﻦ
“Siapa yang mau membeli ini?”
“Saya berani membeli 1 dirham.” Tawar
salah satu sahabat.
“Siapa yang berani lebih dari 1 dirham?”
Semua sahabat terdiam. Hingga beliau
mengulangi lagi tawarannya,
ﺩِﺭْﻫَﻢٍ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﻣَﻦْ
“Siapa yang mau menambah lebih dari 1
dirham?”
Hingga akhirnya ada satu orang yang
angkat tangan, “Saya berani membelinya 2 dirham.”
“Silahkan ambil barang ini.” ucap Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Takhrij hadits
Hadis ini diriwayatkan Abu Daud dalam
kitab sunannya no. 1398, dan Ibnu Majah dalam kitab sunannya no. 2189. Namun
status hadis ini dhaif, sebagaimana keterangan al-Albani dan Syuaib al-Arnauth.
Karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Abu Bakr Al Hanafi dan dia
Majhul.
Akan tetapi, Turmudzi menjelaskan bahwa
para ulama mengamalkan kandungan hukum dalam hadis ini. Karena jual beli
Muzayadah (lelang) termasuk jual beli yang sudah dikenal para sahabat dan
tabiin.
Imam At-Thahawi membawakan keterangan
dari ulama tabiin, Atha bin Abi Rabah (w. 114 H), beliau mengatakan, “Saya
menjumpai para manusia (sahabat) yang mereka melakukan jual beli ghanimah
kepada “man yazid” (orang yang menambah harga). (Syarh Ma’ani al-Atsar, no.
3935).
At-Thahawi juga menyebutkan riwayat dari
Mujahid (ulama tabiin, muridnya Ibnu Abbas, w. 104 H), Mujahid mengatakan,
“Tidak masalah seseorang menawar barang yang sudah ditawar orang lain jika
pasar masih terbuka (lelang belum ditutup). Dan jika barang sudah dibawa
pemenang lelang, tidak boleh ditawar lagi. (Syarh Ma’ani al-Atsar, no. 3936).
2.
Jual beli kredit
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: جَاءَتْنِي بَرِيرَةُ
فَقَالَتْ: كَاتَبْتُ أَهْلِي عَلَى تِسْعِ أَوَاقٍ فِي كُلِّ عَامٍ، أُوقِيَّةٌ،
فَأَعِينِينِي، فَقَالَتْ: إِنْ أَحَبُّوا أَنْ أَعُدَّهَا لَهُمْ وَيَكُونَ
وَلاَؤُكِ لِي، فَعَلْتُ، فَذَهَبَتْ بَرِيرَةُ إِلَى أَهْلِهَا، فَقَالَتْ
لَهُمْ: فَأَبَوْا عَلَيْهَا، فَجَاءَتْ مِنْ عِنْدِهِمْ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ، فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ عَرَضْتُ ذَلِكِ
عَلَيْهِمْ، فَأَبَوْا إِلَّا أَنْ يَكُونَ الوَلاَءُ لَهُمْ، فَسَمِعَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرَتْ عَائِشَةُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمُ الوَلاَءَ،
فَإِنَّمَا الوَلاَءُ لِمَنْ أَعْتَقَ
Dari
Aisyah berkata : “Telah datang Bariroh kepadaku dia berkata: “keluargaku
mewajibkanku dengan membayar 9 uqiyah, setiap tahun saya membayar satu uqiyah,
maka tolonglah aku”. Maka Aisyah berkata padanya : “Kalau mereka ingin agar
saya bayar tebusanmu namun wala’mu menjadi milikku maka akan saya lakukan.” Maka
Bariroh pergi ke keluarganya dan menyebutkan hal ini pada mereka, namun mereka
enggan melakukannya, maka Bariroh kembali datang dan saat itu Rasulullah sedang
duduk, Bariroh berkata: “aku telah menyampaikan hal itu kepada mereka dan
mereka enggan kecuali kalau wala’ tetap bagi mereka”. Setelah hal itu
disampaika pada Rasulullah Saw maka beliau bersabda: (Ambillah ia dan penuhilah
persyaratan mereka, karena wala’ itu kepunyaan yang memerdekakan). (HR. Bukhori
Muslim)
Takhrij hadits
Segi pengambilan dalil : Dalam hadist ini jelas bahwa Bariroh
membayarnya dengan mengkredit karena dia membayar sembilan uqiyah yang dibayar
selama sembilan tahun, satu tahunnya sebanyak satu uqiyah.
3. Jual beli
salam
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ وَهُمْ يُسْلِفُونَ السَّنَةَ
وَ السَّنَتَيْنِ فِي التَّمْرِ، فَقَالَ: «مَنْ أَسْلَفَ فَلْيُسْلِفْ
فِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya
untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa
meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan
masa tertentu." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari:
"Barangsiapa meminjamkan sesuatu."
Salam dengan membaca fatah huruf
sin dan huruf lam adalah menangguhkan pembayaran terhadap barang
yang hendak dibeli. Jika kalimat ini menggunakan huruf mim
( al-salam ), maka ia mengikut bahasa masyarakat Iraq, namun jika
menggunakan huruf fa ( al-salaf ) maka ia mengikut bahasa masyarakat Hijaz.
Menurut syari’at, salam adalah menjual barang yang belum dimiliki dengan
menggambarkan sifat-sifat dan jenisnya.
Makna Hadits
Masa terus berjalan sementara usaha memiliki waktu-waktu
tersendiri. Seseorang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi keperluan
keluarganya dan manusia sentiasa memerlukan sesutu untuk memenuhi keperluannya.
Oleh itu, mereka memerlukan satu sistem untuk memenuhi keperluan mereka dengan
mengharuskan pinjaman, salam dan gadai. Semua ini bertujuan untuk meringankan
beban hidup manusia ketika berdepan
dengan situasi yang sukar. Oleh kerana peminjam dan orang yang
memberi pinjaman sering kali bertelingkah mengenai waktu pembayaran dan barang
yang mesti diserahkan, syariat Islam telah pun menetapkan beberapa perkara bagi
mengelakkan kerugian dan permusuhan daripada berlaku dengan tetap mengekalkan
hukum harus untuk membuat pinjaman,
salam dan gadai. Jadi, Islam mewajibkan untuk menetapkan timbangan,
sukatan dan waktu dimana hutang tersebut wajib dibayar oleh peminjam di samping
ketentuanketentuan lain yang berkaitan dengannya.
Analisis Lafaz
“ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ ”, peristiwa ini
terjadi ketika baginda berhijrah.
“ يُسْلِفُونَ ” ,
mereka mengadakan jual beli dengan satu sistem di mana harga ada di tangan
pembeli.
“ السَّنَةَ وَ السَّنَتَيْنِ ” ,
ungkapan ini sekadar menunjukkan kebiasaan, kerana tidak ada larangan untuk menaikkan
tempoh melebihi waktu-waktu yang telah disebutkan itu. Malah dalam satu hadith
yang diriwayatkan al-Bukhari disebutkan: “Dua atau tiga tahun.” Dalam riwayat
lain disebutkan: “Mereka meminjam hingga dua atau tiga tahun. “فِي التَّمْرِ ” ,
ungkapan ini hanya sekadar menunjukkan kebiasaan, kerana al-Hafiz Ibn Hajar
meriwayatkan hadith lain oleh al-Bukhari: “Barang siapa yang meminjam sesuatu.”
Lafaz hadith ini lebih bersifat umum.
“ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ ” ,
huruf waw di sini bermakna aw (atau). Dengan erti kata lain, memadailah dengan
menggunakan salah satu di antara keduannya itu. Malah salam riwayat yang lain
ditegaskan perkara yang serupa. Takaran dan timbangan di sini hanya sekadar
menunjukkan kebiasaan. Ia boleh digantikan dengan penjumlahan, misalnya atau
penjumlahan yang digabungkan dengan takaran atau timbangan secara sekaligus.
“ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ “ ,
syarat ini disandarkan kepada salah satu di antara dua perkara sebelum ini, bukan
kepada kedua-duanya sekaligus.
B.2 Praktek jual beli yang terlarang
1. Jual beli Gharar
عَنْ
ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ
Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh melarang jual beli ghoror.”
(HR. Muslim 1513)
Penjelasan Hadits
Imam Nawawi dalam Syarhu Muslimnya X: 156 menjelaskan "Adapun
larangan jual beli secara gharar, merupakan prinsip yang agung dari sekian
banyak prinsip yang terkandung dalam Bab Jual Beli, oleh karena itu, Imam
Muslim menempatkan hadits gharar ini di bagian pertama dalam Kitabul Buyu’ yang
dapat dimasukkan ke dalamnya berbagai permasalahan yang amat banyak tanpa
batas, seperti, jual beli budak yang kabur, jual beli barang yang tidak ada,
jual beli barang yang tidak diketahui, jual beli barang yang tidak dapat
diserahterimakan, jual beli barang yang belum menjadi hak milik penuh si
penjual, jual beli ikan di dalam kolam yang lebar, jual beli air susu yang
masih berada di dalam tetek hewan, jual beli janin yang ada di dalam perut
induknya, menjual sebagian dari seonggok makanan dalam keadaan tidak jelas
(tanpa ditakar dan tanpa ditimbang), menjual satu pakaian di antara sekian
banyak pakaian, menjual seekor kambing di antara sekian banyak kambing, dan
yang semisal dengan itu semuanya. Dan, semua jual beli ini bathil, karena
sifatnya gharar tanpa ada keperluan yang mendesak."
Selanjutnya, beliau (Nawawi) berkata : "Kalau ada hajat yang
mengharuskan melakukan gharar, dan tertutup kemungkinan untuk menghindarinya,
kecuali dengan amat sulit sekali, lagi pula gharar tersebut bersifat sepele,
maka boleh jual beli yang dimaksud. Oleh sebab itu, kaum muslim sepakat atas
bolehnya jual beli jas yang di dalamnya terdapat kapas yang sulit dipisahkan,
dan kalau kapasnya dijual secara terpisah justru tidak boleh."
"Ketahuilah bahwa jual beli barang secara mulamasah, secara
munabadzah, jual beli barang secara habalul habalah, jual beli barang dengan
cara melemparkan batu kecil, dan larangan itu semua yang terkategori jual beli
yang ditegaskan oleh nash-nash tertentu maka semua itu masuk ke dalam larangan
jual beli barang secara gharar. Akan tetapi jual beli secara gharar ini
disebutkan secara sendirian dan ada larangan secara khusus, karena praktik jual
beli gharar ini termasuk praktik jual beli jahiliyah yang amat terkenal. Wallahu
a’lam.
2. Jual beli Najsy
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ:
«نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّجْشِ»
Dari Ibnu ‘Umar r.a.: Bahwasanya Rasulullah saw melarang jual-beli
dengan cara najasy”. Dan dalam lafazh yang lain dinyatakan: Janganlah kamu
sekalian melakukan jual-beli dengan cara najasy. (HR al-Bukhari)
Pengertian Lafal
An-Najasy – dalam pengertian etimologis – bermakna: al-Itsârah ,
yaitu menggerakkan. Yang diambil dari kata: najasytu ash-shaida idzâ atsartuhu
(aku menghalau hewan buruan apabila aku menggerakkan/mengejutkannya). Sedang
dalam pengertian terminologis adalah: (ketika) seseorang menambah harga pada
suatu barang, namun ia tidak membutuhkan barang tersebut dan tidak ingin
membelinya; ia hanya ingin harganya bertambah, dan akan menguntungkan pemilik
barang.
Maksud Hadis
Rasulullah s.a.w. — pada prinsipnya – melarang bai’ an-najasy.
An-Najasy yang dimaksud dalam hadis ini ialah bentuk praktik julal-beli sebagai
berikut: seseorang yang telah ditugaskan menawar barang mendatangi penjual lalu
menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa. Hal itu
dilakukannya dihadapan pembeli dengan tujuan memperdaya si pembeli. Sementara
ia sendiri tidak berniat untuk membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin
memperdaya si pembeli dengan tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk penipuan,
dan oleh karenanya disebut sebagai praktik jual-beli yang terlarang.
Penjelasan dan Istinbath Hukum
1. Haram hukumnya praktik najasy dalam jual beli. Dalam hal ini
at-Tirmidzi berkata dalam Sunannya (III/597), “Hadis inilah yang berlaku di
kalangan ahli ilmu, mereka memakruhkan praktik najasy dalam jual beli.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab
Fathul Bâri (XII/336), “Makruh yang dimaksud adalah makruh tahrim
(mendekati haram).”
2. Bentuk praktik najasy adalah sebagai berikut, seseorang yang
telah ditugaskan menawar barang mendatangi penjual lalu menawar barang tersebut
dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa. Hal itu dilakukannya dihadapan pembeli
dengan tujuan memperdaya si pembeli. Sementara ia sendiri tidak berniat untuk
membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin memperdaya si pembeli dengan
tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk penipuan, ( Sunan at-Tirmidzi
[III/597-598]).
3. Al-Baghawi berkata dalam kitab Syarhus Sunnah [VTII/120-121],
“Najasy adalah seorang laki-laki melihat ada barang yang hendak dijual. Lalu ia
datang menawar barang tersebut dengan tawaran yang tinggi sementara ia sendiri
tidak berniat membelinya, namun semata-mata bertujuan mendorong para pembeli
untuk membelinya dengan harga yang lebih tinggi.
4. At-Tanâjusy adalah seseorang melakukan hal tersebut untuk
temannya dengan balasan temannya itu melakukan hal yang sama untuknya jika
barangnya jadi terjual dengan harga tinggi. Pelakunya dianggap sebagai orang
durhaka karena perbuatannya itu, baik ia mengetahui adanya larangan maupun
tidak, sebab perbuatan tersebut termasuk penipuan dan penipuan bukanlah akhlak
orang Islam.”
5. Orang yang melakukan praktik najasy dianggap sebagai orang yang
berdosa dan durhaka. Ibnu Baththal telah menukil ijma’ ahli ilmu dalam masalah
ini. (lihat
Fathul Bâri (IV/355). Dalilnya adalah hadis ‘Abdullah bin Abi Aufa
r.a, ia berkata, “Seorang menjajakan barang dagangannya sambil bersumpah dengan
nama Allah bahwa ia menjualnya di bawah modal yang telah ia keluarkan. Lalu
turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah
dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit…’ (QS Ali ‘Imran, 3: 77)”
6. ‘Abdullah bin Abi Aufa berkata, “Pelaku praktik najasy adalah
pemakan riba dan pengkhianat,” (HR al-Bukhari [2675]). Jika si penjual bekerja
sama dengan pelaku najasy dan memberikan kepadanya persen bila barang laku
terjual dengan harga tinggi, maka ia juga turut mendapatkan bagian dalam dosa,
penipuan, dan pengkhianatan. Keduanya berada dalam Neraka.
7. Apabila praktik najasy ini dilakukan atas kerja sama antara
oknum pelaku dengan penjual atau atas rekayasa si penjual, maka jual beli
tersebut tidak halal.
Al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (VIII/121), “Para ulama
sepakat bahwa bila seorang mengakui praktik najasy yang dilakukannya lalu si
pembeli jadi membelinya, maka jual beli dianggap sah, tidak ada hak khiyar bagi
si pembeli, jika oknum pelaku najasy tadi melakukan aksinya tanpa perintah dari
si penjual. Namun, bila ia melakukannya atas perintah dari si penjual, maka
sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa si pembeli memiliki hak khiyar.”
3. Akad ganda dalam satu transaksi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ»
Artinya: Rasul SAW melarang 2 bai’ah dalam 1 baiah”
Penjelasan Hadits
Hadis ini diriwayatkan oleh 3 orang sahabat yaitu Abu Hurairah,
Abdullah ibn Umar Ibn Khatab, dan Abdullah ibn Amr Ibn Ash.
1) Hadis Abu Hurairah ra.:
«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ»
Artinya: “ Rasul SAW melarang 2 bai’ah dalam 1 baiah”.
Imam Tirmidzi menilai hadis ini: Hadis Hasan Sahih (Vide: Sunan
At-Tirmidzi dengan Tuhfah Al-Ahwadzi (4/427-429)). Dan dengan lafadz : « …من
باع ».
Imam Al-Hakim menilai hadis ini sahih menurut syarat Imam Muslim « صحيح علی شرط مسلم » dan disepakati
oleh Imam Adz-Dzahabi (Vide: Al-Mustadrak Ala Shahihain (2/45))
Imam Ibn Hazm menilai hadis ini juga sahih (Vide: Al-Muhala Li Ibn
Hazm (9/16)), Abdul Haq dalam kitab Ahkamnya (Vide: Al-Ahkam Lil Hafidz Abdul
Haq (1/155), seperti dala Irwa’ Al-Ghalil (5/150)) dan Al-Baghawi (Vide: Syarh
As-Sunah (8/142)). Tetapi Syeikh Albani berkata dalam Kitab Sahih Al-Jami’
Ash-Shagir: hadis sahih (no. 6943), dalam kitab Al-Irwa’: hadis ini hasan saja,
karena Muhammad Ibn Amru ada sedikit kritik (kalam yasir) terkait hafalannya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadisnya sebagai hadis pendamping (maqrun), dan Imam
Muslim meriwayatkan hadisnya sebagai hadis pendukung (mutaba’ah). (Vide: Irwa’
Al-Ghalil (5/150))
Hafidz Ibn Hajar berkata tentang Muhammad Ibn Amru Al-Yafi’ii:
“terpercaya (shuduq), kadang salah sangka dalam meriwatkan hadis
(lahu awham), termasuk generasi perawi hadis kesembilan. Beliau memberi isyarat
bahwa Imam Muslim dan An-Nasa’I meriwayatkan hadis darinya. (Vide: Taqrib
At-Tahdzib (2/196))
Imam Adz-Dzahabi berkata:
“Ibn Hibban menyebutkan Muhammad Ibn Amru
dalam kitab Ats-Tsiqat (pent- kumpulan biografi perawi hadis yang terpercaya).
Ibn Abi Hatim berkata: Saya bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah tentang
Muhammad Ibn Amru, lalu dia berkata: dia (pent- Muhammad Ibn Amru) adalah guru
dari Ibn Wahab. Saya berkata: Imam Muslim meriwayatkan hadis darinya, dan saya
tidak mengetahui seorang-pun (pent- ada ulama ahli hadis) yang menilainya
lemah”. (Vide: Mizan Al-I’tidal Lil Hafidz Adz-Dzahabi, Darul Ma’rifah –
Beirut, 3/474-475))
2) Hadis Abdullah Ibn Umar ra.:
Al-Hafidz Al-Haitsami berkata:
Artinya: “para perawi Imam Ahmad adalah perawi hadis sahih”. (Vide:
Majma’ Az-Zawaid (4/85))
Syeikh Albani berkomentar tentang hadis ini:
Artinya: “tapi hadis ini munqati’ (pent- setiap hadis yang tidak
bersambung sanadnya, baik yang disandarkan kepada Nabi SAW, maupun disandarkan
kepada yang lain). Berkata Al-Bushoyrii dalam Al-Zawaid: para perawi dalam
sanad ini adalah terpercaya, tapi sanadnya munqathi’. Imam Ahmad ibn Hambal
berkata: “Yunus Ibn Ubaid tidak mendengar hadis dari Nafi’, tapi mendengar
hadis dari Ibn Nafi’ dari ayahnya”. Ibn Ma’in dan Abu Hatim berkata: “Yunus Ibn
Ubaid tidak mendengar hadis dari Nafi’.
Syeikh Albani berkomentar:
Artinya: “Nafi’ memiliki 3 orang anak yaitu Umar, Abdullah dan Abu
Umar seperti dalam kitab At-Tahdzib, Umar (pent- anak pertama nafi’) adalah
perawi terpercaya (tsiqah) termasuk para perawi hadis Imam Bukhari dan Muslim,
anak kedua adalah perawi lemah (dhaif) dan anak ketiga: saya tidak mengetahui
dirinya (pent- syeikh albani tidak mendapat biografi tentang anak ketiga
Nafi’). Jika Yunus Ibn Ubaid meriwayatkan hadis dari putra pertama Nafi’ (pent-
yaitu umar ibn nafi’), maka sanad hadis ini adalah sahih. (Vide: Irwa’
Al-Ghalil (5/150-151))
3) Hadis Ibn Amru Ibn Al-Ash:
Ibn Khuzaimah telah meriwayatkan hadis tersebut dalam kitab
sahihnya, sehingga hadis ini dinilai sebagai hadis sahih. (Vide: Irwa’
Al-Ghalil (5/151))
Kesimpulan:
Hadis ini adalah hadis sahih atau hasan, serta dapat digunakan
hujjah dalam masalah hukum.
Dalam riwayat lainnya dengan lafadl : “Barang siapa yang melakukan
dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli, maka dia harus
mengambil harga yang paling rendah, kalau tidak akan terjerumus pada riba.” (HR. Abu Dawud 3461, Hakim 2/45 dengan sanad hasan)
Hadits yang senada juga datang dari Abdulloh
bin Amr bin Ash dan Abdulloh bin mas’ud dan lainnya . Lihat Irwa’ul Gholil oleh Imam Al Albani no : 1307.
Tafsir dari larangan Rosululloh “Dua transaksi jual beli daam satu
transaksi” adalah ucapan seorang penjual atau pembeli : “Barang ini kalau tunai
harganya segini sedangkan kalau kredit maka harganya segitu.”
Penafsiran ini datang dari banyak ulama’, yaitu :
Sammak bin Harb , salah seorang perowi hadits ini, Abdul Wahhab bin
Atho’ , Ibnu Sirin , Thowus, Sufyan Ats Tsauri, Al Auza’i , Ibnu
Qutaibah , Nasa’i , Ibnu Hibban .
Berkata Syaikh Salim Al Hilali :
“Penafsiran ini adalah yang paling shohih, karena sebab berikut :
Bahwasanya tafsir seorang perwi hadits itu lebih didahulukan daripada
lainnya. Ini adalah yang difahami oleh kebanyakan ulama’ dari
kalangan ahli hadits. Ini juga yang difahami oleh para
uilama’ bahasa dan ulama’ tabi’in. (Lihat Al Manahi Asy
Syariyah 2/221-222)
Dari sini, maka dapat disimpulkan bahwa ucapan
seseorang : “Saya jual barang ini padamu kalau kontan harganya sekian dan kalau
ditunda pembayarannya harganya sekian.” Adalah sistem jual beli yang saat ini
dikenal dengan nama jual beli kredit . (Lihat juga Silsilah Ash Shohihah Imam
Al Albani 4/422)
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Jual beli ialah suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha diantara
kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan
disepakati. Jual beli hukum asalnya ialah jaiz
atau mubah/boleh (halal)
berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ para ulama. Rukun jual beli
ada tiga, yaitu : akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan
pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
Dalam praktek jual beli ada yang
diperbulehkan dan ada juga yang dilarang. Praktek jual beli yang diperbolehkan
diantaranya: jual beli lelang, jual beli kredit, dan jual bei salam. Sedangkan
praktek jual beli yang dilarang diantaranya: jual beli gharar, jual beli najsy,
dan akad ganda dalam satu transaksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasrun, Haroen,
2007. Fiqih Mu’amalah. Jakarta : Gaya
Media Pratama
Suhendi, Hendi,
1997. Fiqih Mu’amalah. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Drs. Ghufran
Ihsan,M.A. 2008. Fiqih Mu’amalah. Jakarta
: Prenada Media Grup
As-Sadi’,
Abdurrahman, dkk. Fiqih Jual Beli. Jakarta
: Senayan Publishing
Rasyid,
Sulaiman, 2013. Fiqih Islam. Bandung
: Sinar Baru Algesindo
Al-asqalani, Bulug al-maram min Adillat al-ahkam (Riyadh
: Dar al-Falaq, 1424H), hlm.
Jalaludin
Abdurrahman Ibn Abi Bakr Al-suyuthi, Al-jami’ al-shaghir fi Al-hadits al-Basyir
al-Nadzir, Juz II, (Beirut : Dar al-Fikr, t.th) hlm. 118
[1] Al-Zuhaily Wahbah, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Damaskus,2005) juz 4. [2] ibidKeyword
Habib Jindan Bin Salim Jindan - Benci Kepada Kekafiran
makalah jual beli
makalah jual beli dalam islam
makalah jual beli online
makalah jual beli tanah
makalah jual beli perusahaan
makalah jual beli pdf
makalah jual beli salam
makalah jual beli dan riba
makalah jual beli dalam islam pdf
makalah jual beli kredit
makalah jual beli dalam hukum bisnis
makalah jual beli asi
makalah jual beli anjing
makalah jual beli as salam
makalah jual beli agama islam
makalah jual beli anak
makalah jual beli agama
makalah jual beli arbun
makalah jual beli angsuran
makalah jual beli menurut agama islam
makalah jual beli secara adat
makalah jual beli borongan
makalah jual beli barang najis
makalah jual beli beserta footnote
makalah jual beli barang
makalah jual beli barang haram
makalah jual beli bayi
makalah jual beli barang bekas
makalah jual beli berhadiah
makalah jual beli barter
makalah jual beli mobil bekas
contoh makalah jual beli menurut islam
contoh makalah jual beli barang
contoh makalah jual beli saham
makalah tata cara jual beli
makalah jual beli hak cipta
contoh makalah jual beli dalam islam
contoh makalah jual beli online
contoh makalah jual beli salam
contoh makalah jual beli dan riba
contoh makalah jual beli murabahah
makalah jual beli dan khiyar
makalah jual beli dalam ekonomi syariah
makalah jual beli dan permasalahannya
makalah jual beli dalam hukum adat
makalah jual beli dalam islam doc
makalah jual beli dalam ekonomi islam
makalah jual beli emas
makalah etika jual beli
makalah ekonomi islam jual beli
makalah ekonomi islam tentang jual beli
makalah ekonomi syariah tentang jual beli
makalah hadits ekonomi tentang jual beli
makalah hadis ekonomi tentang jual beli
makalah etika jual beli dalam islam
makalah jual beli fiqih muamalah
makalah jual beli fiqih
makalah jual beli fiqh muamalah
makalah jual beli fudhuli
fiqih muamalah jual beli makalah
makalah fiqih jual beli
makalah jual beli fasid
makalah jual beli dalam fiqih muamalah
makalah jual beli dalam fiqh muamalah
makalah jual beli gharar
makalah jual beli ginjal
makalah tentang jual beli gharar
makalah jual beli dan gadai
makalah jual beli hukum perdata
makalah jual beli hutang dengan hutang
makalah jual beli hukum perikatan
makalah jual beli hukum bisnis
makalah jual beli handphone
makalah hukum jual beli perusahaan
makalah tentang jual beli dua harga
makalah jual beli menurut hukum islam
makalah jual beli ijon
makalah jual beli islam
makalah jual beli internasional
makalah jual beli inah
makalah jual beli istishna
makalah jual beli istisna
makalah jual beli secara islam
makalah tentang jual beli istishna
makalah perjanjian jual beli internasional
makalah jual beli jabatan pns
makalah jual beli jasa
makalah jual beli jabatan
makalah jujur dalam jual beli
makalah jual beli makalah jual beli
makalah jual beli yang jujur
makalah hukum jual beli jenazah
makalah jual beli kontemporer
makalah jual beli kredit dalam pandangan islam
makalah jual beli khiyar dan riba
makalah jual beli kotoran
makalah jual beli kotoran hewan
makalah jual beli kredit menurut islam
makalah jual beli khiyar
makalah jual beli khusus
makalah jual beli kredit pdf
makalah jual beli lengkap
makalah jual beli lelang
makalah jual beli lelang dalam islam
makalah jual beli yang dilarang dalam islam
makalah larangan jual beli
latar belakang makalah jual beli online
makalah larangan sumpah dalam jual beli
makalah jual beli on line
makalah jual beli yang di larang
makalah lengkap jual beli dalam islam
makalah jual beli menurut islam
makalah jual beli murabahah
makalah jual beli mata uang
makalah jual beli mobil
makalah jual beli menurut syariat islam
makalah jual beli muamalah
makalah jual beli murabahah salam dan istishna
makalah jual beli najasy
makalah hukum jual beli barang najis
makalah jual beli (sale and purchase)
makalah negosiasi dalam jual beli
makalah tentang jual beli barang najis
makalah jual beli online menurut hukum islam
makalah jual beli online dalam pandangan islam
makalah jual beli organ
makalah jual beli online dalam hukum islam
makalah jual beli online menurut pandangan islam
makalah bisnis jual beli online
download makalah jual beli online
makalah jual beli saham dan obligasi dalam islam
makalah kasus penipuan jual beli online
makalah jual beli properti
makalah jual beli perniagaan
makalah jual beli perusahaan dalam hukum dagang
makalah jual beli panjar
makalah jual beli pesanan
makalah jual beli paksa
makalah jual beli pinjam meminjam sewa menyewa
makalah jual beli pulsa
makalah jual beli dan qirad
makalah muamalah fiqih jual beli qiradh dan riba
makalah jual beli riba
makalah jual beli rumah
makalah tentang jual beli rumah
makalah perjanjian jual beli rumah
makalah jual beli dan ribah
makalah rukun jual beli
makalah perbedaan jual beli dan riba
makalah jual beli secara umum
makalah jual beli syari'ah
makalah jual beli secara kredit dan diskonnya
makalah jual beli saham
makalah jual beli salam dan istishna
makalah jual beli secara kredit
makalah jual beli tanah adat
makalah jual beli tebasan
makalah jual beli tanah menurut uupa
makalah hukum perjanjian jual beli tanah
makalah tentang jual beli sperma hewan
makalah tentang jual beli darah
makalah tentang jual beli hutang
makalah tentang muamalah jual beli dalam islam
makalah jual beli uang
makalah jual beli urbun
makalah jual beli dan utang piutang
makalah jual beli mata uang dalam islam
makalah tentang jual beli mata uang
makalah usaha jual beli motor
makalah jual beli valuta asing
makalah jual beli valas
makalah jual beli valuta asing menurut islam
makalah jual beli via internet
makalah jual beli valuta asing dan saham
makalah jual beli valuta asing dalam islam
makalah tentang jual beli valuta asing
makalah tentang jual beli valas
makalah jual beli wafa
makalah kasus wanprestasi jual beli
makalah menganalisa website jual beli online
makalah wanprestasi jual beli tanah
makalah analisa website jual beli online
makalah jual beli yang diharamkan
makalah jual beli yang diharamkan dalam islam
makalah jual beli yang dilarang
makalah jual beli yang sah tapi terlarang
makalah jual beli yang sah
makalah tentang jual beli yang dilarang
makalah tentang jual beli yang dilarang dalam islam
makalah tentang jual beli yang diharamkan
Obat Liver Paling Ampuh
Cara Mengobati Bronkitis Paling Ampuh
Cara Mengobati Penyakit Ginjal
Cara Mengobati Usus Buntu Tanpa Operasi
Obat Syaraf Kejepit Paling Ampuh
Obat Turun Berok
Cara Menyuburkan Kandungan agar Cepat Hamil
Obat Amandel Anak dan Dewasa
Cara Mengobati TBC secara Alami
Cara Mengobati Asam Lambung Tinggi
10 Anjuran dan 6 Makanan Pantangan Penderit Diabetes
Niat Mandi Wajib Sebelum Shalat Jum'at
12 Pantangan Usus Buntu