Jumat, 21 September 2018

6 Kesalahan Umum dalam Berdo'a

6 Kesalahan Umum dalam Berdo'a


Bismillahirrahmaanirrahiim.

Seperti sudah dimaklumi, doa termasuk bagian penting dari Syariat Islam. Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman untuk berdoa kepada-Nya. Dalam Al Qur’an disebutkan:

“Wa qaala rabbukum: ud’uniy astajib lakum, innalladzina yastakbiruna ‘an ibadatiy sayad-khuluna jahannama dakhirin.”

(Dan Rabbmu berkata: Berdoalah kalian kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doa kalian; sedangkan orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah –berdoa- kepada-Ku, mereka akan masuk ke jahannam dalam keadaan hina). [Al Mu’min: 60].

Allah memotivasi hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dengan menjelaskan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya. Dalam Al Qur’an disebutkan:

“Wa idza sa-alaka ‘ibadiy ‘anniy fa inniy qariib, ujibu dakwatad da’i idza da’ani.”

(Dan jika hamba-Ku bertanya tentang-Ku, katakanlah bahwa Aku ini dekat, aku mengabulkan doa seorang pendoa apabila dia berdoa kepada-Ku). [Al Baqarah: 186].

BERDOA Itu Seperti Menanam Kebaikan. Semakin Banyak, Semakin Baik.

Bahkan posisi doa ini sangat penting dalam kehidupan orang beriman, sehingga apabila dia berhadapan dengan masalah-masalah, Allah Ta’ala memberinya jalan keluar berupa doa. Dalam riwayat, Nabi Shallallah ‘Alaihi Wasallam berpesan kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma: “Ya ghulam… idza sa-alta fas-alillah, wa idzas-ta’anta fas-ta’in billah” (wahai bocah, jika engkau meminta mintalah kepada Allah; jika engkau butuh bantuan, mintalah bantuan kepada Allah). [HR. At Tirmidzi, dia berkata: hasan shahih].

Jika selama ini kaum Muslimin banyak berdoa kepada Allah, alhamdulillah; jika kurang berdoa, tambahlah; jika malas berdoa, berusahalah untuk tekun. Karena pada hakikatnya, berdoa adalah amal shalih, semakin banyak kita berdoa, semakin banyak pula pahalanya. Nabi Shallallah ‘Alaihi Wasallam berkata: “Ad dua’u huwal ibadah” (doa itu adalah ibadah). [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dll].

Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, dengan suatu doa yang di dalamnya tidak ada dosa atau memutus shilaturahim, melainkan Allah akan memberikan satu di antara tiga kemungkinan: Bisa jadi disegerakan diijabah doanya, atau ditangguhnya sebagai tabungan pahala untuk Hari Akhirat, atau dia dihindarkan dari keburukan setara dengan apa yang dia minta.” (HR. Ahmad).

Begitu menariknya perkara doa ini sehingga Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: “Wahai siapa yang paling dicintai dari hamba-Nya, yaitu orang yang banyak berdoa kepada-Nya; wahai siapa yang paling dibenci dari hamba-Nya, yaitu orang yang tidak berdoa kepada-Nya.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim).

PRAKTIK BERDOA

Untuk berdoa, banyak jalannya. Kita boleh memilih salah satu cara, mengkombinasikan dua cara atau beberapa cara; bahkan mengamalkan semuanya, sekuat kesanggupan kita. Berdoalah sesuai kelapangan, kesempatan, dan kebutuhan.  Berikut cara-cara berdoa:

[1]. Membaca doa yang termasuk bagian dari ritual ibadah. Misalnya, berdoa saat Shalat, saat Thawaf, saat Manasik Umrah/Haji.

[2]. Berdoa setelah mengerjakan Shalat Wajib atau Sunnah.

[3]. Berdoa setelah membaca Al Qur’an atau melafadzkan kalimat-kalimat dzikir. Misalnya, berdoa setelah mengucapkan “astaghfirullah al ‘azhiim” seratus kali, dua ratus kali, atau berapa saja semampunya.

[4]. Berdoa setiap akan mengerjakan sesuatu, sesuai adab Sunnah. Misalnya berdoa saat mau makan, mau tidur, mau keluar rumah, mau memakai pakaian, mau masuk kamar mandi, mau masuk masjid, dan sebagainya.

[5]. Berdoa dengan doa Al Qur’an atau doa hadits Nabi, dalam momen-momen tertentu. Misalnya, berdoa saat hujan turun, saat mendengar kilat menggelegar, saat menyaksikan musibah, saat menjenguk orang sakit, saat bersin, saat berhadapan dengan musuh, saat menjelang peperangan, dll.

[6]. Berdoa dalam Khutbah (Jum’at), dalam majelis taklim, dalam walimah, dalam even-even pertemuan kaum Muslimin.

[7]. Berdoa dengan membaca Shalawat Nabi. Shalawat Nabi termasuk doa yang ditujukan agar Allah melimpahkan sejahtera, sentosa, salam, damai, untuk Baginda Nabi Shallallah ‘Alaihi Wasallam. Setiap Muslim membaca Shalawat, maka kebaikan bacaan itu akan memantul ke arah dirinya juga.

[8]. Berdoa melalui ucapan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh”. Ini ucapan doa juga, ditujukan hanya untuk sesama Muslim.

[9]. Mendoakan sesama Muslim, secara verbal, atau dalam hati. Misalnya seseorang berkata: “Semoga Allah memudahkanmu. Semoga Allah menyembuhkanmu. Semoga Allah memberikan jalan keluar bagimu.”

[10]. Berdoa secara tertulis, lewat surat, pesan SMS, e-mail, dan sebagainya.

[11]. Berdoa dalam buku-buku, tulisan artikel, postingan pesan FB, Twitter, dan lain-lain. Misalnya, dalam sebuah tulisan seseorang berkata: “Semoga kasus ini segera mendapat jalan keluar dari Allah. Amin.”

[12]. Berdoa dalam ucapan sehari-hari. Misalnya, “Ya Allah, ampuni aku. Ya Allah, tolonglah kami. Ya Allah, kami pasrah kepada-Mu.”

[13]. Dan lain-lain.


KESALAHAN UMUM

Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika kaum Muslimin berdoa. Kesalahan-kesalahan ini kadang sudah mentradisi, sehingga agak sulit diubah. Kesalahan-kesalahan ini perlu diperbaiki, agar kita mendapatkan kebaikan seluas-luasnya dari doa yang kita ucapkan.

[1]. Berdoa tanpa dimulai dengan bacaan Tahmid  dan Shalawat. Tahmid adalah bacaan memuji Allah, seperti “Alhamdulillah”; Shalawat adalah mendoakan Rasulullah, seperti “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”. Tahmid dan Shalawat ini harus selalu dibaca saat kita berdoa.  Kecuali, untuk doa-doa pendek, doa aktivitas sehari-hari, atau ritual ibadah yang mengharuskan bacaan Tahmid dan Shalawat.

[2]. Berdoa terlalu panjang, sehingga bertele-tele. Misalnya, ada orang berdoa: “Ya Allah, di hari ini kami berkumpul di majelis yang mulia ini. Kami merasa sangat bahagia karena bisa berjumpa saudara-saudara seiman seperjuangan. Betapa banyak kenangan indah dalam perjalanan kami selama ini. Tak terasa, kami telah melalui masa pasang-surut perjuangan selama 15 tahun lebih. Ya Allah, lihatlah dada-dada kami bergemuruh karena suka-cita dan harapan. Ya Allah ke depan kami akan menghadapi tantangan…dan seterusnya.” Doa semacam ini mestinya dibuang ke tong sampah; karena yang bersangkutan tampak bermain-main dengan doanya dan berlagak “menggurui” Allah Ta’ala.

Mestinya kita berdoa yang ringkas-ringkas, seperti: “Ya Allah lindungilah kami dalam urusan ini. Ya Allah anugerahkan rizki kepada kami. Ya Allah sehatkan jiwa kami, segarkan badan kami, cerdaskan otak kami. Ya Allah tambahkan iman, ilmu, dan bashirah kepada kami. Ya Allah sabarkan kami atas musibah, tambahkan kami pahala atas kesabaran, gantikan kami karunia yang lebih baik. Ya Allah tolonglah kami atas musuh-musuh kami; tolonglah kami atas orang-orang kafir.”

Jadi doa itu mesti to the point, jangan bertele-tele. Sebab doa yang dicontohkan dalam Al Qur’an maupun Sunnah juga seperti itu; tidak bertele-tele. Boleh banyak-banyak berdoa, banyak permintaan, banyak harapan. Tetapi redaksinya jangan bertele-tele.

[3]. Berdoa dengan kalimat yang terlalu khusus. Misalnya seseorang berdoa: “Ya Allah, hari ini kami akan mengerjakan proyek jalan raya. Nilai proyeknya 1,2 miliar. Pimpinan proyek Pak Subandi, kontraktor CV. Gemilang Abadi. Rencananya ya Allah, proyek ini berjalan 3 bulan. Ya Allah tolonglah pekerjaan kami ini. Tolonglah jangan turunkan hujan dulu, biar proyek kami sukses. Tolonglah para kuli bangunan dan mandor, agar mereka jujur-jujur, tidak maling, tidak sakit melulu. Ya Allah berikan kami profit yang banyak dari proyek ini. Ya setidaknya 40 persen kami dapat untung. Amin ya Rabbal ‘alamiin.”

Doa seperti di atas terlalu memaksakan. Semestinya doa itu bersifat umum saja. Tidak dibuat sedemikian khusus (detail). Sebab seseorang berdoa itu karena dia memiliki rasa tawakkal (pasrah) kepada Allah. Kalau dia tawakkal, sementara isi doanya terkesan memaksakan; hal itu jelas bertolak-belakang dengan esensi doa itu sendiri. Cukuplah kita berdoa, misalnya: “Ya Allah kami telah berusaha sekuat tenaga dalam usaha ini. Tidak ada yang sanggup menolong kami, selain Engkau. Ya Allah, tolonglah usaha kami ini, mudahkan urusan kami, berikan hasil yang baik kepada kami, lancarkan usaha ini, berikan jalan keluar atas masalah-masalah yang ada, hindarkan kami dari fitnah, musibah, dan kekacauan.” Dengan doa demikian, kita tidak memaksakan kehendak kepada Allah; tetapi memasrahkan kepada-Nya untuk memberikan hasil terbaik.

[4]. Berdoa yang disertai kata “semoga Allah” atau “mudah-mudahan”. Misalnya, seseorang memimpin doa di tengah kumpulan kaum Muslimin. Saat berdoa, dia berkata: “Kami bersimpuh kepada Allah, menyadari kehinaan diri dan keagungan-Nya. Kami memohon kesehatan, keselamatan, rizki barakah, serta keluarga sakinah. Semoga Allah mengabulkan doa kami ini.”

Kesalahan doa dengan kata “semoga” ini ialah: dia jelas-jelas sedang berdoa di hadapan Allah, tetapi masih memakai kata yang memiliki jenis “orang ketiga” yaitu “semoga”. Mestinya tidak perlu lagi memakai kata semoga, tetapi langsung: “Ya Allah, terimalah doa kami, ya Allah kabulkanlah doa kami, ya Allah perkenankan doa kami.”  Doa semoga itu dibaca/ditulis dalam suasana pasif, bukan aktif. Misalnya, setelah seseorang berceramah panjang, lalu dia berkata: “Semoga Allah merahmati kita semua, memberikan kemudahan, dan hidayah-Nya.” Doa demikian bisa diterima, karena posisi Allah Ta’ala disana sebagai “pihak ketiga” (selain pembicara dan hadirin). Tapi kalau kita sedang berdoa kepada Allah langsung, jangan memakai kata “semoga”.

Lebih parah lagi yang memakai kata “mudah-mudahan Allah menerima”. Ini lebih parah. Karena kata “mudah-mudahan” itu mengandung ketidak-pastian. Misalnya saat berdoa seseorang berkata: “Kami telah bersusah-payah berusaha ya Allah, kami telah kerahkan segala kemampuan yang ada. Harapan kami, usaha ini berhasil baik. Mudah-mudahan Allah menerima doa kita semua.” Doa demikian harus dibuang, lalu diganti doa yang tegas dan penuh harapan: “Ya Allah, kami telah berusaha sekuat tenaga, sepenuh kemampuan, maka berikanlah kami kesuksesan. Berilah kami rizki terbaik. Jadikanlah usaha ini benar-benar berkah. Ya Allah, terimalah doa kami.”

[5]. Berdoa yang lebih mementingkan keindahan syair dan puisi, daripada isi doa yang bermanfaat. Ada kalanya sebagian orang berdoa: “Ya Allah, tulang-belulang kami sudah rapuh, air mata kami telah kering, anak-anak kami telah musnah, dunia telah gelap gulita, tiada cercah cahaya penerang. Lilin-lilin penerang telah padam. Ya Allah berikan dari sisi-Mu akan karunia indah yang mengobati dahaga manusia-manusia haus, mengenyangkan perut manusia-manusia lapar,  memadamkan amarah jiwa-jiwa nan resah, memperat tali kasih manusia-manusia yang terputus dalam pertikaian.” Doa demikian bisa diganti sebagai berikut: “Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia, berilah kami kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa api neraka.” Sudah cukup. Tidak perlu bersajak, berpantun, besyair yang membuat doa itu sendiri menyimpang dari maksud semula.

[6]. Berdoa yang mengandung permusuhan dan persengketaan antar sesama Muslim. Doa demikian harus dijauhi, karena apabila ada perselisihan antar sesama Muslim, yang lebih baik adalah mendamaikan; bukan malah memperburuk pertikaian. Misalnya ada yang berdoa: “Ya Allah hancurkan kelompok si fulan, robohkan yayasan si fulan, cerai-beraikan lembaga si fulan. Mereka itu telah menyelisihi kami, sehingga mereka menyelisihi Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu selalu tidak taat kepada program dan agenda kami, padahal yang kami lakukan ini sudah diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu selalu mencela kami dan kawan-kawan kami, ustadz-ustadz kami; padahal demi Allah, kami ini semata-mata fi sabilillah. Tidak terbetik hawa nafsu sedikit pun dalam urusan kami.” Doa demikian, selain memintakan kecelakaan bagi sesama Muslim, juga mengandung kesombongan.

Jika ada masalah pada kelompok tertentu, solusinya bukan didoakan agar mereka dihancurkan. Mula-mula, jika masalah itu bersifat prinsip (akidah), kita boleh mendoakan agar kelompok itu diberikan hidayah dan taubat oleh Allah. Jika masalahnya, mereka tidak mengetahui ilmu yang benar; kita bisa mendoakan agar mereka diberikan ilmu dan pencerahan. Jika masalahnya ijtihadiyah, boleh berbeda di dalamnya; kita bisa mendoakan, agar hubungan di antara kita selalu rukun-damai, meskipun berbeda pendapat. Kecuali jika kelompok tersebut sudah zhalim, melampaui batas, banyak membuat kerusakan lahir bathin; maka kita bisa mendoakan agar Allah memadamkan kezhalimannya.

Demikian risalah sederhana ini disampaikan. Semoga ada guna dan manfaatnya. Rabbighrili wa li walidaiya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira. Wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

(Abinya Syakir).


Lihat Juga :

Keyword :
hadits tentang berdoa kepada allah, berdoa dalam islam, kalimat berdoa yang baik, 
adab berdoa, janji allah tentang doa, hadits tentang kekuatan doa, ayat tentang doa yang dikabulkan, contoh tata cara berdoa, kesalahan do'a, kesalahan dalam berdo'a