Kamis, 15 Februari 2018

Sejarah Berdiri dan Perjuangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Sejarah Berdiri dan Perjuangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Sejarah Berdiri dan Perjuangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
Pastinya anda sudah tahukan apa itu HMI. Himpunan Mahasiswa Islam ini sudah tidak diragukan lagi tentang keorganisasiannya sehingga berhasil mencetak beberapa tokoh seperti Pak wakil Presiden kita Yusuf Kalla, Mantan ketua KPK Abraham Samad, matan ketua/hakim MK pak Mahfud MD dll, Organisasi ini didirikan oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta (STI).

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), pada tahun 1946 yang beranggotakan seluruh mahasiswa dari tiga perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajahmada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta selalu berbau Kolonial Belanda, sering pesta dengan polonaise, dansa, serta minum-minuman keras.

Oleh karena Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahsiswa yang masih menjunjung tinggi nilai agama serta tidak tersalurnya aspirasi keagamaan, merupakan alasan yang kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta.

Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di ibukota Yogyakarta mengalami polarisasi oleh Masyumi, pimpinan Soekiman-Wali Al-Fatah, PNI, pimpinan Mangunkarso-SuyonoHadianto serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang, pihak partai sosialis (Pemerintah) menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi, sedangkan pihak oposisi pada perjuangan bersenjata melawan belanda.

Lihat Juga : Sejarah Berdirinya PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

MOTTO HMI : YAKIN USAHA SAMPAI (YAKUSA)

Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui mereka inilah Partai Sosialis mencoba mendominir Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tinggi, tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis yang hendak mendominir Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis, dikarenakan Belanda semakin memperkuat diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern, kemudian pada tanggal 21 Juli 1947 terjadilah yang dinamakan Agresi Militer Belanda 1. Dengan situasi yang demikian carut-marutnya para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu mengahdapi Belanda, setidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia untuk menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolak keras sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan  dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.

Berbagai hal inilah yang mendorong beberapa orang mahsiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sbenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita untuk itu, namun selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Tetapi melihat dari berbagai kondisi yang ada, dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu untuk diwujudkan, karena bila membiarkan Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis, itu merupakan hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan mahsiswa Islam, melainkan juga mahasiswa Kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahsiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.

Lihat Juga : Senioritas Dalam Islam

Awal Berdirinya HMI

Awal berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam di prakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat 1 Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia (UII)). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa yang bernafaskan islam. Setelah mendapatkan banyak dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat ini dihadiri kurang lebih 30 oranng mahasiswa yang diantaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan, namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanda undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang menggunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiul Awwal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di jalan Setyodiningratan 30 (sekarang jalan senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimin rapat yang dalam prakatanya ia mengatakan, “Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres”.
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, namun beliau menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah :
  1. Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah disiapkan.
  2. Rapat ini bukan lagi mempersoalkan peru atau tidaknya ataupun setuju atau tidaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
  3. Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.
  4. Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancer dan semua peserta rpat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan, yaitu :
Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan :


  1. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi drajat Rakyat Indonesia.
  2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
  3. Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam, adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
  4. Membentuk pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.


Adapun peserta rapat yang hadir adalah, Lafran Pane, Kamoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron Hadi.

Perkembangan HMI

Sejalan dengan perkembangan waktu, HMI terbelah menjadi dua, pasca diselenggarakannya kongres ke-15 HMI di Medan pada tahun 1983. Pada tahun 1986 HMI yang menerima azas tunggal Pancasila dengan pertimbangan-pertimbangan politis beserta tawaran-tawaran menarik lainnya, rela melepas azas Islam sebagai azas organisasinya. Selanjutnya HMI pihak ini disebut sebagai HMI DIPO, dikarenakan bersekertariat di jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta. Sedngkan HMI yag tetap mempertahankan azas Islam kemudian dikenal dengan istilah HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi).

Karena alasan untuk menyelamatkan HMI dari ancaman pembubaran oleh rezim Orde Baru, maka melalui Kongres padang, disepakatilah penerimaan azas tunggal Pancasila. Setelah penerimaan azas tunggal itu, HMI yang bermarkas di Jalan Diponegoro sebagai satu-satunya HMI yang diakui oleh Negara. Namun pada Kongres jambi 1999, HMI (DIPO) kembali kepada azas Islam, namun demikian, HMI DIPO dan HMI MPO tidak bisa disatukan lagi, meski azasnya sudah sama-sama Islam, perbedaan karakter dan tradisi keorganisasian yang sangat besar diantara keduanya membuat kedua HMI ini sulit disatukan lembali. HMI DIPO Nampak lebih berwatak akomodatif dengan kekuasaan dan cendrung pragmatis, sementara HMI MPO tetap mempertahankan sikap kritisnya terhadap pemerintah. Sampai saat ini HMI merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia.

Itulah Sejarah Berdiri dan Perjuangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) semoga bermanfaat.

Keyword : organisasi terbaik di indonesia, organisasi mahasiswa terbaik di indonesia, organisasi mahasiswa tertua di indonesia, alumni hmi di pks, perbedaan organisasi intra dan ekstra kampus, organisasi eksternal kampus, nama organisasi mahasiswa dunia, organisasi terbesar di indonesia, ketua hmi, hmi mpo, alumni hmi, pb hmi mpo, kegiatan hmi, tujuan hmi, cara masuk hmi, sejarah hmi