Penistaan Adzan di Masa Rasulullah S.A.W
Sempat terdengar jelas sebuah berita Puisi yang menjadi Viral yang berjudul 'Ibu Indonesia' yang dibacakan oleh Sukmawati Sukarno Putri pada acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' dalam acara Indonesia Fashion Week (IFW) 2018. Puisi tersebut menjadi kontrofersi karena dianggap telah menistakan Agama, lebih tepatnya menistakan Cadar dan Adzan. Reaksipun banyak bermunculan, kecaman dari Ormas pun tak tanggung menyerang dan surat pelaporan ke Polri pun ikut dilayangkan karena sebagian dari mereka tidak menerima jika terkhususnya Adzan sebagai Panggilan Waktu Sholat bagi Umat Muslim tersebut dihina oleh Puisi 'Ibu Indonesia' tersebut.
Tak lama kemudian, Puisi karya GUSMUS (KH. Musthofa Bisri) yng dibacakan oleh Ganjar Pranowo yang berjudul 'Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana' menjadi Viral. Dan pada akhirnya banyak sekali kecaman kepada Gubernur Jawa Tengah tersebut. Namun pada akhirnya mereka yang mengecam hal tersebut (terkhusunya di Media Sosial) meminta maaf karena tidak mengetahui jika Puisi tersebut dibuat oleh Seorang Ulama. Mereka pun melakukan mediasi permintaan maaf kepada Gusmus dan kepada ormas Nahdlatul Ulama.
Untuk menyikapi hal tersebut, Penulis akan memberikan sebuah riwayat tentang Pesnitaan Adzan di Masa Rasulullah S.A.W.
Penistaan Adzan di Masa Rasulullah S.A.W
Namanya adalah Aus bin Mughirah al-Jumahi. Rasulullah ﷺ memerintahkannya untuk mengumandangkan adzan di Mekah sekembalinya beliau dari Hunain.
Ketika Mekah berhasil ditaklukkan kaum muslimin, Rasulullah ﷺ memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah. Sebagian pemuda Quraisy, yang masih belum lapang dada menerima Islam, menirukan suara Bilal. Mereka marah dan bermaksud mengejeknya. Sampai salah seorang pemuda yang bernama Abu Mahdzurah al-Jumahi pun meniru-niru adzan Bilal.
Abu Mahdzurah, pemuda 16 tahun, termasuk orang Quraisy yang paling merdu suaranya. Saat ia mengangkat suara mengumandangkan adzan dengan maksud ejekan, Rasulullah ﷺ mendengarnya. Nabi memanggilnya dan mendudukkannya di hadapan beliau. Abu Mahdzurah menyangka inilah akhir riwayat hidupnya karena ulahnya itu. Tapi, Rasulullah ﷺ malah mengusap dada dan ubun-ubun pemuda itu dengan tangan beliau yang mulia.
Abu Mahdzurah mengatakan, “Demi Allah, hatiku terasa dipenuhi keimanan dan keyakinan. Dan aku meyakini bahwa ia adalah utusan Allah.” (as-Suhaili dalam ar-Raudh al-Unfu Juz: 7 Hal: 239). Setelah Abu Mahdzurah beriman, Rasulullah ﷺ mengajarinya adzan.
Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan adzan setelah Rasulullah meninggalkan Mekah menuju Madinah. Ia terus menjadi muadzin di Masjid al-Haram hingga akhir hayatnya. Kemudian dilanjutkan oleh keturan-keturunannya hingga waktu yang lama. Ada yang mengatakan hingga masa Imam asy-Syafi’i.
Diceritakan bahwa Abu Mahdzurah setelah dibelai rambutnya oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, ia tidak pernah mencukur rambutnya seraya berkata : “Demi Allah saya tidak akan pernah mencukur rambut saya ini sampai akhir hayat”.
Wallahu'alam..
Solawat Aishwa Nahla Feat Ummi - Hasbi Robbi Jalallah
Lihat Juga : Hukum Salaman dengan Non Muhrim, Sudahkah Anda mengenal siapa sosok Habib Ali Al-Jufri?
Kata Kunci : kasus agama terbaru, pencemaran agama islam, kasus agama di indonesia, pelecehan agama islam, berita agama 2017, pelecehan adzan, penistaan agama, puisi sukmawati, puisi sukmawati, puisi sukmawati, demo sukmawati, penistaan adzan
Source : Antontasik.com